Kamis, 25 Juli 2013

cadar

aku tidak sampai hati menuliskan kisahmu. atau tidak mampu. apapun bedanya tidak bermakna banyak. apa hakku. kau tidak diciptakan cuma untuk menjadi bahan tulisanku. meskipun akan membuatmu lebih dipahami hingga disayangi. ketelanjangan memang mengagumkan, selain kejam dan tidak sopan. ketelanjangan juga murni serupa kebutaan yang suci. aku percaya, setiap manusia dilahirkan dengan bakat besar menjadi seorang filsuf. perlu waktu bertahun tahun untuk mengokohkan kepercayaan dangkal semacam itu bahkan bagi seorang nabi. aku cuma perempuan ceroboh yang tidak pernah berhasil dalam pelajaran sederhana, macam membuang ingus dan meludah dengan cara benar. aku bertanya, apa yang kaupikirkan ketika berdiri di tepi muara, memandangi sebuah kapal yang siap berangkat. kapal kecil, pencari ikan, empat nelayan, masing masing membawa satu kantong plastik berisi bekal. salah satunya transparan, kulihat selembar baju cadangan, sebotol big cola, sekotak sigaret murahan, segenggam beras. apa yang kau pikirkan. kali ini tak akan kukatakan apa yang kupikirkan. kau saja. kalau kaulihat apa yang kulihat, kita pasti bisa duduk bermalam malam dalam keheningan tanpa suara, tanpa keresahan, tanpa harapan, tanpa keputus asaan. apa yang pantas saling kita dapat atau berikan, selain desah nafas, degup jantung, tanda tanda kehidupan. kalau kebetulan kita duduk dengan posisi kaki saling menyilang, kita akan kesemutan. denyut denyut di telapak kaki akan menjadi kenyataan yang menyalakan kesadaran. lebih terang. dari mana datangnya aroma hangat udara. kelak kalau telah mahir bicara, akan kutanyakan pada pemilik sepasang kaki kecil yang berjalan tertatih. berputar putar, menyamping, mirip langkah kepiting. aku mulai mencoba meyakinkan diri bahwa setiap lembar kayu yang bertumpuk di dermaga juga berbakat menjadi pengkhayal. setiap lembar kayu sangat pandai berkhayal tentang rumah atau kapal. ngomong ngomong, aku ingin tahu pendapat anakku, bagaimana rasanya memiliki ibu yang acak acakkan. malam menjelang, memakaikan mantel pada setiap sosok yang tegak menyambut kegelapan sambil menatap kejauhan. aku tidak mampu menuliskan kisah kisah, yang bukan milikku. pemahaman dan rasa sayang akan menjadi alasan ketelanjangan. ketelanjangan akan menjadikanku keranjingan. keranjingan mengantarku kepada kegairahan. kegairahan meraih kepuasan. kesempitan lingkar kepalaku rindu keluasan. goblok, seperti setiap manusia lainnya, aku dilahirkan dengan bakat besar menjadi filsuf. manusia manusia eksentrik yang sok tahu, merasa sanggup melihat seekor kutu di seberang lautan. hahaha. tidak perlu sungguh sungguh melihat seekor kutu untuk tahu bahwa setiap kutu di daratan manapun tidak memakai baju. itulah kelebihan mata batin manusia, atau kesempurnaan setiap ekor kutu, di seluruh bumi*