Minggu, 22 Juni 2014

tentang kalian

ini tentang kalian, yang mestinya kukatakan. dan seperti seringkali, yang mesti dikatakan menjadi tak terkatakan untuk yang tak biasa bicara di keramaian. kalian menjadikan dunia sangat nyata. kalian menjadi catatan. kalian menjadikan aku mestinya mengatakan yang tak terkatakan. kalian menjadikan aku teman. kalian menjadikan aku tak bisa diam.
aku berhutang hati pada kalian. tak punya apa apa, pun tak ada meski hanya sekedar rencana untuk melunasi apa apa. mungkin aku salah, pasti salah dan seperti biasanya merasa baik baik saja. ini menyenangkan sekaligus menakutkan, ketidaktahuan. kalian menjadikan sangat banyak ketidaktahuan. yang semula tak pernah ada, tak terpikirkan, tak terbayangkan, tak terelakkan.
kembali teringat kebersamaan, kehangatan, kenyamanan, kecanduan. lebih dari kopi dan sigaret jenis apapun, kalian kunikmati sepenuh hati. setidaknya malam ini, kukatakan pada diriku sendiri.
mestinya kukatakan yang tak terkatakan, aku harus pergi, maaf telah kukhianati cintaku pada diri sendiri.
kalian mestinya mengatakan yang tak terkatakan, aku keras hati atau tak tahu diri, kemudian pergi, agar aku dapat sendirian menikmati perih sambil terus mengasihani diri sendiri.
tiba tiba dia datang, kukira dari masa depan, seperti biasanya aku mungkin salah. entah mengapa atau bagaimana dia tiba tiba menyebutkan nama nama yang telah tiada. ada yang bagus, ma. kubilang sebentar, aku mesti menulis ini. dia menyela, bagus ma, sebentar saja. aku mendengar suaranya bicara, tentang einstein dan charlie caplin. yang satunya berkata, dunia mengerti semua yang kaukatakan meski tak sepatah katapun kaubicara. yang lain berkata, seluruh dunia mengagumimu meski tak mengerti semua yang kaukatakan. dia yang memanggilku mama bertanya, bagus kan. aku menatapnya tersenyum, takjub..
aku teringat kalian, yang menjadikan dunia sangat nyata. menyenangkan sekaligus menakutkan. mestinya kukatakan yang tak terkatakan, serupa mengenal tuhan. tak tertahan. mendengarkan bisikan mesra di kedua telingaku, kau tak akan pernah sepenuhnya paham, aku mengerti kau luar dalam.
kuhembuskan kata entah, bersama asap. entah berharap, entah senyap, entah lenyap. mestinya kukatakan yang tak terkatakan, maaf, sebelum kukatakan terima kasih, kepada setiap hati yang mengenal dirinya sendiri*