Jumat, 13 Juni 2014

*

bila aku adalah kau, apa sebabnya aku tidak berhenti. pencipta terus mencipta demi apa, selain kesempurnaan. bego betul mengatakannya. dari awal kalimat, bila aku adalah kau. tidakkah lebih santun lagi masuk akal, seandainya kutulis, bila kau adalah aku. kau dapat menjadi aku, aku tak pernah dapat mengerti kau. menjengkelkan ya, diremehkan. maaf, bukan niatku, cuma kebiasaan. seperti kau juga, maha pemaaf. maha pemaaf tentu terbiasa memaafkan, selalu dan segala. manakah lebih berharga, kejujuran atau kebenaran. manakah lebih kausuka, kepercayaan atau kepasrahan. sepertinya membandingkan dua hal yang niscaya, tak terpisahkan. tapi kau tahu maksudku, yang sering gagal kusampaikan. merendahkan aku, apakah setara dengan meragukan pemahamanmu. aku perlu banyak bertanya, agar kau selalu ingat aku ada. aku sangat takut salah, apalagi yang dapat kauharapkan saat berhadapan dengan maha benar. sangat takut salah adalah wajar atau pura pura. kau pembuat atau pengamat. dua duanya. aku jadi lemas, galau, kacau, persis yang kaulihat. jangan sedih, kalau kau bisa sedih. aku mudah lupa diri. sebentar lagi pasti kembali menulis, mungkin puisi, mungkin narasi, mungkin kalimat basa basi. bila kau adalah aku, kau pasti mengerti, pasti selalu ingin menyenangkan hati. memenuhi waktu dengan berbotol botol madu. mencoba segala cara menebalkan muka, mengebalkan badan. bertahan sebisaku dari serangan demam tidak berdarah. kuluangkan waktu memilih lagu, sebelum rindu membunuhku. satu satu aku sayang ibu, dua dua aku sayang ayah, tiga tiga sayang adik kakak, satu dua tiga sayang semuanya. kalau kau adalah aku, akan kukatakan, payah*