Selasa, 24 Juni 2014

pertanyaan

aku harus malu. gagal mematuhi kata kataku. aku diam, tak boleh ada yang tahu kegagalanku lebih dari satu. mengendalikan diri karena belum menjelma sebutir peluru yang melubangi jantungmu. manusia tak sanggup berhenti menyukai kuda kuda yang berpacu dalam gambar, mengejar keberuntungan.
hatiku pilu. mengenang kebahagiaan menyenangkan orang. berkhayal tuhan perlu jembatan, gemar menyeberangi hutan. rumah tuhan, rumah setan, di halaman iklan. aku tidak bimbang. kupetik bintang satu persatu sambil merapal, yang terakhir disebutkan jadi pilihan. tapi larut malam, bintang bintang menghindar. kupetik kembang. sekarang aku harus memilih pujaan untuk diberi pujian.
kau harus tahu, aku plin plan saat ada yang menurunkan hujan. itu wajar, aku mendengar kebisuan bermain kelereng. peri peri bertelinga runcing, putri berekor ikan, meja bersayap, pengeran berjerawat, pedang berambut panjang, tikus tikus berjubah cahaya, sepasang nisan saling pandang.
kebenaran tidak pecah, tapi menetas, anak anaknya belum bernama.
apa jadinya aku, tanpa kemaluanku. kutanyakan tanpa malu. apa terasa aman. saat semua telah hilang, hilangkah kecemasan akan kehilangan. siapa yang datang tuhan atau setan, atau hanya ciuman yang membangkitkan kematian*