Senin, 09 Juni 2014

hikmat

laki laki tua itu tak menengok ke kiri, tidak ke kanan. tidak pula memandang ke depan. laki laki tua itu berjalan sambil menunduk, menatap hamparan. aspal kelabu kemerahan, bergaris garis putih. laki laki tua sedang menyeberang, memikul dagangan ke arah gerbang sekolah. ia tidak menghiraukan ramai lalu lintas. para pengguna jalan, pengemudi kendaraan yang kebetulan melaju terlalu dekat dengannya mesti mendadak mengubah arah, melambatkan kecepatan, demi keselamatan seorang laki laki tua.
laki laki tua berjalan tenang, menunduk, menatap jalan, dagangannya atau langkah kakinya. laki laki tua tak goyah langkahnya, tak terusik akibat yang ditimbulkannya karena menyeberang tanpa memperhatikan laju kendaraan. laki laki tua seperti tahu pasti, ia telah berjalan pada jalan yang benar, menyeberang di tempat penyeberangan jalan, melangkah lurus, sejajar garis garis putih, menuju tampat di mana ia biasa berjualan. tak lama lagi tanda istirahat untuk anak anak sekolah akan terdengar, nyaring dan panjang. laki laki tua akan tersenyum, serupa tuhan mendengar azan. seperti biasanya, anak anak pasti segera berhamburan, mengerumuni jajanan di gerbang sekolah.
selama waktu istirahat, laki laki tua dapat menenggelamkan diri dalam kesibukan melayani murid murid yang kehausan setelah berlarian.
selepas siang. laki laki tua mesti kembali menyeberang jalan. di tempat yang sama, dengan cara yang sama, menuju ke arah sebaliknya. laki laki tua menempuh jalan pulang, dengan pikulan yang jauh lebih ringan dan kantong celana terisi lebih banyak uang. laki laki tua seperti tidak keberatan, tak tampak resah, ia seperti seorang bijak yang tahu pasti selalu berjalan di jalan yang benar, hanya menyeberang di tempat penyeberangan jalan*