Minggu, 29 Desember 2013

*

semua dapat menelan ludah, tanpa belajar, tanpa latihan. tidak ada seorang ahli menelan ludah di dunia, seolah olah tak ada yang bisa melakukannya dengan benar.
kadang kadang film buruk mempunyai sepotong dialog bagus. namaku mika. raizo, nama yang diberikan padaku.
semua orang bernama. menyebutkan namanya seolah olah miliknya, bisa dipilih, dipakai, diganti, dibuang. padahal nama adalah pemberian semena mena yang tak dapat ditolak. lebih buruk dari berkat atau laknat yang diterima sebegai akibat perbuatan. semua orang menerima namanya tanpa sebab, melekat sepanjang hayat. beberapa orang harus dan sanggup mengganti atau menyamarkan namanya, namun sebelumnya, tetap saja ia pernah diberi nama yang tak dapat ditolak. menakjubkan, semua orang dapat melakukannya dengan benar. menyebutkan namanya, tanpa belajar, tanpa latihan. ketika seseorang dengan sadar menelan ludah. entah untuk apa, ada yang menelan ludah untuk meringankan dahaga. saat itu ia pasti sudah dapat menyebutkan namanya. setiap orang selalu berkata, namaku, namanya. bukan nama yang diberikan padaku atau nama yang diberikan padanya.
semua anjing mahir menujulurkan lidah, meneteskan liurnya. sadar atau tidak, seolah olah ikhlas menjadi anjing. tak dapat menyebutkan namanya sendiri atau nama yang lain. hanya segera menghampiri dengan mata bersinar, ekornya mengibas riang. bahasa tubuhnya mengisyaratkan seekor anjing selalu senang namanya disebut oleh seseorang yang dikenalnya.
ludah, liur dan nama nama. moralitas, budi pekerti dan keikhlasan. semestinya tidak menghantui orang atau anjing yang sedang belajar berlari lari di muka bumi*