Jumat, 13 Desember 2013

*

kau, yang sampai hati menunjukkan segala keburukan yang ada padaku. keculasan, kedengkian, kecemburuan, kemunafikan, dan banyak lainnya yang tak berani kusebutkan.
kau, yang membuatku terus mendengar, menangis keras, menyesal panjang. kau tak juga beranjak hilang. hingga mataku mengering, hatiku beku, lidahku terlampau kelu untuk bertanya, kenapa kau tega.
kau tak menemukan alasan. kau mencecarku dengan kesadaranmu. dengan sepenuh kehendakmu. hingga aku pecah.
alangkah leganya, kusangka kau akan berhenti bicara.
aku tinggal serpih, kau bisa pergi atau dengan mudah kausingkirkan serpihanku untuk kaubuang atau kaulenyapkan.
sayang, aku salah.
alih alih membuangku yang sudah tidak utuh atau menigalihkan pandang dariku yang berserakan, kau diam diam memunguti setiap serpihanku. sangat hati hati kausentuh setiap kepingan kecilku.
mungkin aku salah dengar karena telingaku berantakan. kau berbisik tajam, kau milikku, yang terbaik, bisa kulihat pada setiap keping, hingga yang terkecil.
kaubuat telingaku yang berantakan terus mendengar. jika serpihanku masih bisa menangis keras, menyesal panjang. aku ingin kembali pecah. kau membuatku menemukan alasan paling indah*