Sabtu, 31 Agustus 2013

*

terlalu bodoh untuk sahabatku adalah aku. yang meratapi setumpuk fiksi. kemudian menyesali diri tidak mendapat peran pembantu. tidak yang terburuk. demi masa muda kupilih kebodohan ketimbang sahabat. bagaimana jika penyesalan tidak terlambat, melainkan tak pernah datang. musim nangka berkunjung bersama lalat, berbondong bondong. getah manis. darah amis. kebodohan setia menemaniku di segala musim. kesedihan serupa kebahagiaan, menolak alasan. aku mengecat wajah, merayakan keadaan*