Minggu, 11 Agustus 2013

*

kalau saja di dunia ini ada yang tidak bersifat dualisme. apakah dualisme kata yang tepat. aku tidak paham tata bahasa. sederhananya mendua. semua mahluk, zat dan benda di dunia mendua. manusia, hewan, obat, pedang. bahkan alat alat makan. selalu bisa baik atau buruk, tergantung ini itu. cape. bahkan sifat tidak mendua masih juga mendua jika digali lebih dalam. tidak ada harta karun di dalamnya, cuma belatung. serbuk emas bisa ditemukan di antara pasir. serbuk emas mengandung pasir sekian persen. di antara bongkahan batu tumbuh batu mulia. dalam permata terkandung unsur bebatuan. tidak ada yang murni. permata mendatangkan kehormatan, kekaguman dan keberuntungan bagi manusia. permata yang sama mendekatkan seseorang kepada kehinaan, ejekan, pastinya kesialan. tergantung manusianya sendiri, permatanya sendiri tidak peduli. apakah dimiliki seseorang bijaksana atau tolol, pejabat atau perampok. permatanya tidak peduli. seperti konsep takdir. getir. tidak ada alasan bagus untuk peduli, tak akan menggeser sebutir batupun di dunia. jadi kenapa aku harus berpikir dua kali. dua juta kali berpikirpun tak akan ada yang berubah. seharusnya menyenangkan menjadi tetap dan pasti. pasti. tetap begini. apakah para jenius di masa silam mengubah segalanya. andaipun bola lampu dan listrik tidak ditemukan. atau ditemukan manusia berbeda, apakah hari ini tidak akan sama serupa hari ini. ilusi berlapis lapis, itulah kebenaran. prasangka untuk membangkitkan semangat orang orang tidak bersemangat. kenapa aku selalu bersemangat untuk meredam gairah dan harapan bahwa hari depan akan sebaik yang kuimpikan. ataukah lebih baik bersikap penuh semangat dan bergairah macam lalat. berputar, hinggap di sana sini, mendengung, bergetar, tidak bisa diam. mungkin lalat yang lincah dan waspada hidup lebih lama. lalat lamban dan cuek mudah tertangkap, terjebak atau terpukul sampai tubuhnya tak berbentuk. tak ada lalat pendiam, lalat tak butuh bergerak anggun, tak mengharapkan pujian. sebagus apapun. lalat tetaplah lalat, tidak pernah menjadi aku. bodohnya menikmati kebodohan, dan tak akan mengubah apapun masa datang telah ditulis masa silam, manusia manusia terperangkap dari jeda ke jeda*