Kamis, 29 Agustus 2013

*

hari hari berjalan sesederhana yang sudah sudah. atau kaki mengayun dalam irama berulang ulang. berapa abad sayang. adakah yang hilang. tidakkah sempat terpikir sebelum mengayunkan sabit, atau menekan tuas. untuk menciptakan keadaan dan situasi yang diperkirakan tidak sama persis seperti sebelumnya. seperti ini. seperti itu. ini itu. cuma ini. cuma itu. haruskah tubuh menaruh hormat kepada jiwa jiwa yang saling mendoakan. mendoakan diri sendiri saja tidak becus. jika doa cukup ampuh untuk membunuh seekor serangga saja, apapun namanya, sekecil apapun. dunia akan gemerlap. tapi sekarang masih gelap. malam masih panjang. kenyamanan paling sempurna adalah mengumbar kata kata. basi tapi merdu untuk mata. seberapa parah kehendak bebas mengurung manusia. apakah aku manusia. hanya idiot yang bertanya dan perlu mendapatkan jawaban. menjadi idiot terlihat sebagai solusi sempurna demi kehidupan dan segala yang katanya berharga.
lawan kehidupan bukan kematian, tapi keabadian.
manusia dewasa kekanakan menimbulkan belas kasihan. kanak kanak berpikiran dewasa mengerikan.
apakah cita cita mesti mulia. menjadi debu. keabadian mengalahkan kehidupan. untuk apa.
kau tidak menginginkan apa apa, tidak menginginkan apa apa. setara dengan menginginkan segalanya.
kau tidak menginginkan apa apa. serupa kuburan, timbunan tanah yang konon membebaskan jiwa. aku merasa pernah mati, sedang mati, atau mati. apakah cukup menerangi, memberi keterangan tentang waktu atau pekerjaan yang tidak tertulis pada kalimatku. untuk apa kuteruskan ini, setelah kesadaran menamparku.
kau tidak menginginkan apa apa. keterangan yang tidak menerangkan, tidak berakhir kegilaan. tidak menyerang tidak bertahan. udara sejuk dalam gua dan kehidupan bergema. kau tidak menginginkan apa apa*