Minggu, 18 Agustus 2013

*

aku pernah mempunyai cita cita. persis kanak kanak lainnya. ingin menjadi dokter, guru, petani, perawat, pemain drama, pelukis, penyanyi, penulis. hampir semua profesi pernah kuingini. sudah terlambat untuk meralat cita cita saat dewasa. kupaksakan juga, ingin menjadi diri sendiri, ingin semua cita citaku datang menghampiri saat kuacuhkan mereka. sudah terlambat atau tersesat. merasa tidak sanggup menjadi diri sendiri. karena rumit atau istimewa, adalah tipuan pikiran atau semacam penghiburan untuk mamaklumi kegagalan. akhirnya selalu ingin masa kecilku kembali berharap menemukan cita cita, mengejar, menikmati, setiap gerak dan suara tepat pada waktunya. segalanya yang begitu kecil dan memikat hati lebih mudah disentuh dan digenggam tangan tangan kecil. kalaupun menjadi kebodohan atau kepicikan tak akan mengurangi kepuasan. ketika kecil setiap langkah terasa besar. jika ibuku ada di sana, ia akan tertawa bahagia untuk setiap langkah kecilku yang tertatih, terjatuh berkali kali, demi menempuh sejengkal jarak ke dalam rentang kedua lengannya. sudah terlambat untuk mengingatnya. lebih baik terlambat dari pada tidak. ibu paling bahagia adalah ibu yang tahu, anak anaknya tidak berharap lebih dari setiap langkahnya, menggenggam, mengamati dan megagumi segala yang tersentuh ketika langkah terhenti*