Rabu, 14 Agustus 2013

*

kucingku selalu bicara memakai satu suku kata, miauw atau ngeong. dengan nada berbeda. sungguh sungguh bicara, setiap suku katanya mengandung makna, maksud dan tujuan. kujuluki ia kucing jepang atau korea. ia bicara saat baru sampai di rumah. melenggang dari pintu atau melompati jendela ia bersuara miauw atau ngeong berulang ulang. persis tokoh tokoh pada film film jepang atau korea di televisi yang berseru, aku pulang, ketika memasuki rumah. luar biasa. ia juga bersuara serupa ketika lapar sampai kuberi makan. ketika haus sambil bertengger di tepi bak mandi, sampai terpaksa kutinggalkan apapun kerjaku untuk mendatangi kamar mandi demi menyuguhkan segayung air. caranya minum sangat unik, menyentuhkan ujung lidahnya pada permukaan air. tidak peduli sedang sangat kehausan ia cuma minum dengan cara sama, meneguk sedikit demi sedikit air yang terbawa ujung lidahnya ke dalam mulutnya. ia seekor kucing. entah kenapa saat menatap matanya aku selalu merasa ia mengerti. matanya cantik, seperti pada umumnya mata kucing peliharaan. lebar, jernih, warnanya mirip capucino sebelum diaduk.kadang kadang ada belek di sudut matanya, kalau sempat akan ia bersihkan dengan kaki depannya yang ujungnya telah dijilati dengan tekun. kebiasaan yang biasa seekor kucing, bisa jadi luar biasa untuk seorang manusia. pernahkah seekor kucing memikirkan eksistensi. aku tak akan pernah tahu. seekor kucing telah ada untukku, atau aku ada untuk seekor kucing. kucing itu bicara dengan satu suku kata yang diulang ulang, kali ini atau seringkali aku mengerti atau tidak mengerti makna kata katanya. seekor kucing berbunyi, bukan bicara. kucing tidak terganggu, tidak peduli, aku manusia, ia kucing, tidak ada bahasa menyatukan kami. kucing terus mengeong, aku bicara padanya. mungkin untuk menyenangkan hidup kami, atau saling memberi kesenangan satu sama lain. ngeong. ngeong. ngeong. baru pulang, dari mana saja, belum makan, gimana gebetannya, menang berantemnya. ngeong ngeong ngeong. pus pus pus*