Kamis, 08 Agustus 2013

*

syukurlah tak ada sebatang wortel bertanya padaku, bagaimana rasanya mengupasku. dikupas rasanya melegakan, tidak menggerahkan. mengupas tidak ada rasanya, mungkin bosan. tidak sebosan melihat jeda komersial. aku mengupas wortel berbatang batang. bau wortel melekat di telapak tanganku, tak mau pergi, seakan akan ada keasyikan yang bisa dibaca di situ. jingga dan basah, bikin tergila gila. karena aku tahu cuma aku yang merasa bisa mengupas wortel adalah keajaiban. dibutuhkan niat baja, keikhlasan, ketulusan dan kehendak bebas untuk mengerjakan sesuatu yang tidak berhadiah. dan sekali lagi, syukurlah tak sebatangpun wortel bertanya, kenapa kau mengupasku. karena aku tak tahu. mengupas tanpa tahu alasan tepat sepertinya kejam. tapi demi kebaikan. wortel telanjang lebih higienis, siap pakai. salah satu jenis sayuran yang jarang dibenci anak anak. lihatlah alangkah nikmatnya bicara panjang lebar tentang hal hal tidak bermakna. pisauku tidak tajam, tidak tumpul, cuma berfungsi semestinya. jari jari tanganku tidak terampil mengupas, hanya bisa bergerak sekedarnya. pada akhirnya tak ada bedanya. semua wortel kupasanku akan punya nilai lebih setelah dimasak bersama kentang, sosis, bawang dan rempah. satu panci sup untuk mengisi perut. beberapa mangkuk sup untuk menghangatkan lidah, mengharumkan udara. siapa sh penemu wortel, apakah orang yang sama dengan pencipta sup. apakah mereka mendapatkan penghargaan atau penghormatan tambahan dalam hidupnya. sudah pasti bukan aku, yang pertama kali mengupas wortel sambil berpikir, semoga cepat habis. aku perlu duduk, diam, supaya bisa berpikir jernih. berkutat dengan sayuran adalah pekerjaan tidak membanggakan kendati mengandung keajaiban*