Selasa, 06 Agustus 2013

*

kematian memilihku, atau aku memilih kematianku. mereka yang tidak kenal dan dekat dengan maut tidak sanggup menentukan mana yang tepat. sebaliknya memilih kematian akan jadi solusi menggiurkan pada saat tak ada pilihan. siapa sebenarnya yang sungguh sungguh punya pilihan akan kusetarakan ia dengan dewa. padahal akupun tak kenal dengan satupun dari segenap dewa yang dipercaya sebagian manusia benar adanya. satu satunya dewa yang kukenal adalah diriku sendiri. ketika berada di tengah kebahagiaan akulah dewa kebahagiaan. ketika jatuh cinta akulah dewa cinta. bukan manusia setengah dewa, tapi dewa. dewa. kalau tuhan bakal lebih kacau. kupikir aku sedang mengigau. wajarlah kalau melantur tak keruan. maut, itu yang bikin segalanya jernih. begitu jernih sampai sampai tak ada beda antara nyata dan bayangannya. aku teringat kalimat syahadat yang selalu kuucapkan dengan fasih. beberapa jenis syahadat. semuanya menggetarkan dinding. cuma dinding, bukan kulit, daging, apalagi tulang. lidahku selalu berfungsi sempurna saat mengucapkan semua syahadat. menari nari. seperti bakat alam, seperti dilahirkan khusus untuk menghafal dan mengucapkannya, untuk menepis keraguan. menghafal dan mengucapkan beraneka syahadat tidak menyesatkan. tapi menciptakan syahadat, menghafalkan syahadat ciptaanku, mengucapkannya dengan lantang di depan khalayak, menimbulkan reaksi luar biasa. membuatku menyandang predikat murtad. hidup itu lucu. ada masanya aku diberitahu bahwa orang orang murtad tak punya syahadat, tak hafal syahadat, tak pernah mengucapkan syahadat. syahadat adalah sakral, ungkapan iman. lihatlah, setiap kata jadi terdengar serupa nama seseorang. dunia memang pernah jungkir balik, selalu pernah jungkir balik. fakta yang akan didapat dengan jelas ketika mengamati bola dunia di perpustakaan atau ruang kelas. sebuah benda padat dan ringan berbentuk bulat dengan warna dasar biru cerah, penuh pola dan garis batas yang di dalamnya diberikan warna warna berbeda. menarik. kupandang sambil berpikir, sebuah bola yang berputar, jika seseorang berdiri pada satu titik di permukaannya, pastilah ia pernah jungkir balik di setiap putaran. kecuali kalau sudi kembali ke jaman kegelapan, jaman dunia diyakini datar. konon pencetus ide dunia berbentuk bola dijatuhi hukuman. mungkin karena yang berkuasa pada jaman kegelapan enggan membayangkan sedang berdiri jungkir balik di atas bumi. begitulah, kematian menganggapku eksotis karena sanggup menciptakan syahadatku sendiri sambil jungkir balik  aku ingin tahu apa pendapat pencipta beraneka syahadat lama berselang. bisa saja syahadat syahadat tersebut kebetulan diciptakan sambil berdiri tegak. tak lama lagi mungkin kutemui para pencipta syahadat di dunia lain. menanyai manusia atau mantan manusia lebih urgent ketimbang menanyai tuhan. sebagai sosok yang mana untuknya banyak syahadat menjadi ada, tentu ia tidak gegabah, tidak mudah mengusiknya, waktuku cukup sedikit untuk mengerjakan hal hal yang sulit. mengingat sosok maha kuasa tidak mengacaukan akalku, tidak hingga detik terakhir, kusangka tidak masalah baginya menerima tambahan satu syahadat baru ciptaanku. apakah aku masih bermimpi, kulihat seluruh langit langit tersenyum geli. seluruh langit langit, yang terkurung bersamaku di bumi beserta yang bebas merentangkan lengannya di luar angkasa. semua langit langit tersenyum geli, atau naif. senyum adalah senyum, aku percaya kepada yang tersenyum untukku, kalau tidak salah telah kusisipkan kalimat macam itu dalam syahadat yang kuciptakan. kematian ikut tersenyum, serupa senyuman bayi yang belum tumbuh gigi. hangat, manis menerangi semua sudut dan dinding*