Rabu, 07 Agustus 2013

*

waktuku untuk mewujudkan setiap impian sepanjang usiaku. seberapa penjang usia, adalah pertanyaan untuk ahli medis sesaat setelah membaca riwayat kesehatan. tidak asyik, persis kenyataan. kaupikir ini keluhan, sebenarnya masih impian. tidak berpindah sedikitpun. aku akan tumbuh cantik, bersemangat, sembrono, dan pantas meraih segala yang terbaik dalam kehidupan. tidak mungkin meleset. kau akan kutemukan. kau akan membuat jalan. kau dan aku akan mengelilingi dunia  dan masih punya banyak waktu untuk membicarakan setiap detail menakjubkan yang mendekat. semua keberuntungan tidak sabar untuk menjumpaiku dalam perjalanan bersamamu. seperti yang pernah kubilang, matahari terbit dan tenggelam setiap hari, berusaha meninggalkan pesan pesan rahasia pada jejaknya di cakrawala. setiap hari tak pernah sama. puncak puncak tertinggi, gunung atau gedung, mencoba mengalihkan perhatianku darimu. lorong lorong dalam perut bumi berusaha memikat minatmu dariku. semuanya mesti bersabar menunggu kita melewatinya sambil bergandengan tangan. kita menyusuri jalan jalan kota kota terindah tanpa henti, kecuali untuk bercinta atau menikmati segelas kopi. adakah yang lebih sulit dipercaya dari mimpi seribu satu malam, mimpi seribu dua malam mungkin. kita tidak macam para pelancong biasa, menaburkan remah remah makanan di manapun, burung burung merpati yang mengantarkan santapan kita ketika kita ingin makan di mana mana.
apalagi, masih ada lagi. banyak sekali. mereka menuliskan kisah kita menjadi buku terlaris dan kisah cinta abadi. mereka melukis kita, menjadi masterpiece. hahaha.
sudah kenyang sayang.
sedikit mual.
sekarang saatnya tidur dengan tenang, melepaskan impian terbang memetik bintang.
duh, kenapa lagi lagi kalimat gombal kodian itu. tak bisa katakan yang lebih berkelas dan orisinil.
atau kau lebih suka versi lain.
kita tak akan ke mana mana. tak ada waktu, tempat atau apapun yang setara harganya dengan setiap hari bersamamu di satu bagian bumi yang tidak dikenal, di mana kau dan aku hanya saling memiliki. berdiri bersisian di tepi sungai tak bernama, memandangi penat dan harapan mengalir bersama ke arah muara.dan bukan mimpi. tak ada mimpi yang mampu mencuri tidurku darimu. kau lebih suka ini.
suka tidak suka. sudah biasa.
kau luar biasa. kapan kita ke luar angkasa.
mungkin besok lusa, kalau impian sudah kembali pulang membawa buah tangan permadani terbang.
tapi aku pesan piring terbang.
bukannya kuda terbang.
kasihan kan, kalau semua keajaiban tidak punya kesempatan untuk mengantarmu jalan jalan sambil menggandeng tanganku.
aku tidak mau berbagi mimpi dengan jin penghuni lampu ajaib.
kasihan, ia bahkan tak bisa membebaskan dirinya sendiri.
memangnya siapa yang bisa.
siapa saja yang tidak bisa mengasihani dirinya sendiri. siapa saja yang puas memandangi lampu lampu tidak ajaib. lampu lampu biasa berdebu yang menerangi sembarang ruang dan jalan, hingga meredup atau padam di ujung malam*.