Selasa, 06 Agustus 2013

*

ada yang hampir kulewatkan. kain hitam penutup mata. mata memang indera penglihatan, tapi tak ada yang berani mengatakan orang buta tak bisa melihat. kalaupun memang demikian, hanyalah akibat kedangkalan pengertian. penglihatan bukan syarat mutlak kehidupan, kendati aku tidak berminat mendonorkan kornea mataku setelah kematiaanku. aku tidak suka sembarang orang menyentuh bagian tubuhku. tidak semua orang menyukai cara pandangku, biarlah mataku utuh terkubur bersama jasadku. seburuk apapun mereka menilaiku, aku punya batas sendiri, tak ada keinginanku untuk mewariskan sesuatu yang ekstrem macam kornea mata yang sepanjang hidup telah kupakai menentukan langkahku. bukan mataku titik beratnya, tapi selembar kain yang menyelubungi pada saat teristimewa dalam perjalananku sebagai manusia. selubung yang mereka pasangkan pada wajahku untuk meredakan kegusaran yang bukan milikku. bagaimana mungkin manusia bisa bersikap begitu pengecut kepada seseorang yang mereka anggap penjahat yang tidak pantas hidup. mereka membentuk sebuah tim khusus yang bekerja dengan sangat serius dan hati hati untuk mempersiapkan kematianku, satu orang yang mereka setarakan penyakit atau parasit. mereka cemas akan terjangkit atau tercemar, ideologi, idealisme, moral, anarki, apapun yang melekat padaku. mereka meragukan hasil tes kesehatan yang mereka lakukan sendiri. aku sehat, jiwa dan raga, itu harus mereka yakini sepenuhnya sebelum memutuskan hukumanku. aku maklum, semua manusia mudah bingung sebelum bersedia menjemput maut. sudah kulampaui. semua kerja keras mereka, tidak pantas untuk kucibir secara terang terangan. kelak saat sudah terkubur, aku punya cukup banyak waktu ngobrol dengan mahluk mahluk penghuni tanah, misalnya cacing, kepengecutan manusia bisa jadi bahan obrolan seru dengan cacing cacing yang berkerumun dekat jasadku. kupertimbangkan untuk meminta waktu mengucapkan kalimat perpisahan. ah, aku tak setega itu, mereka sudah cukup tersiksa selama berminggu minggu, tanpa perlu mendengar hal hal yang pastinya hebat dan mengejutkan yang akan kusampaikan, bisa bisa mereka kehilangan kesadaran, aku tak ingin kerja keras mereka sia sia. bagaimanapun mereka telah menciptakan keadaan yang membuatku merasa lebih berpengaruh dari pada seorang kaisar. biarlah aku berterima kasih dalam hati saja untuk segala perhatian dan penghormatan yang mereka berikan sebelum ajalku. sebaiknya memang mereka menutup mataku, sama seperti mereka dan semua orang, sebelum wafat aku ingin meninggalkan banyak amal dan kebaikan untuk dikenang. yang akan sangat mudah kukerjakan dengan mata tertutup. menutup mata satu manusia juga lebih praktis dan masuk akal ketimbang menutup mata banyak orang. bertahun tahun kemudian mereka akan memahami kenapa aku begitu penurut dan pendiam pada saat saat terakhir. mungkin juga tidak pernah sama sekali. tak ada urusanku, bertahun tahun kemudian aku tidak lagi harus hidup bersama mereka. beberapa jam kemudian atau beberapa menit.nanti, mereka bisa bernafas lega, akhirnya perkerjaan selesai juga, atau tidak pernah lagi. tak ada inginku untuk bertanya kepada kain hitam penutup mataku*