Minggu, 06 Januari 2013

underscore

Kau ingat kita pernah bercakap tentang keheningan. Sebelum keheningan menguap, memburamkan kaca jendela. Menghalangi lampu kamar menengok ranting dan daun daun yang menghitam oleh malam di luar sana.
Kau kembali menciptakan kehineningan yang lebih berbinar.
Aku memahat embun pada kaca jendela.
Ketika kaubaca kata kata yang kutuliskan, keheningan menjadi seraut wajah kanak kanak. Pipinya berwarna butir butir buah delima yang katanya bisa mengawetkan usia.
Selalu saja, malam malam menjadi seharusnya malam, tepat seperti yang pernah kubicarakan. Kau mendengarku di lereng gunung, di pantai sebuah telaga. Tanpa perahu, tali dan catatan.
Keheningan dan keheningan bersahutan. Aku tidak iba, kau tidak berseru. Kita tidak akan bertukar kata sambil saling berbelas kasihan. Sangkar burung tidak mengurung kicauan merdu.
Daun daun dan ranting tidak memutih pada waktu menjumpai pagi*