Minggu, 20 Januari 2013

buku harian

Sudah pasti suatu hari aku akan mati, seperti semua lampu yang pernah menyala menerangi kota, jalan, pertemuan. Kelelahan yang tertunda di dalam kantong jaketku, yang menghangati telapak tangan yang sembunyi. Tak ada keraguan sama sekali.
Suatu hari aku akan mati, memeluk kegelapan, menjadi benar benar angkuh dan tidak peduli pada siapapun, kau sekalipun. Mungkin waktu itu terjadi adalah waktu kau baru menyadari kehidupanku. Aku terharu, membayangkan kau menunggu kalimatku selesai tanpa mengerjakan sesuatu. Sementara lidahku mengeras pelahan. Dari detik ke detik yang tiada akhir.
Hanya satu jalan, lurus, datar, tak ada yang akan tersesat. Aku berada di tempat sangat dekat sampai tak kaulihat. Dan tidak lagi menjadi seseorang yang hidup, meluangkan waktu memikirkan kesendirianku atau kesendirianmu. Menyulam sepasang sepatu bayi, berdoa, bermimpi. Pura pura memahami sunyi, tidak mengharapkan pagi.
Bukankah sudah pasti, tak ada satupun lampu membenci matahari. Orang bermata terbuka menanti pergantian hari bersama orang buta. Angka angka pada jam tanganku juga tak pernah merasa sia sia. Mataku, keduanya tak akan lari meninggalkan tubuh di hari kematian yang tidak kukenal. Tak ada keraguan sama sekali.
Mataku yang melihatmu menemukanku*.