Jumat, 04 Januari 2013

testimoni

Pertanyaan 1: Bisakah merasa rindu kalau tidak pernah bertemu.
Jawab: Bisa.
Contoh: Ahli ibadah merindukan surga. Anak anak yatim piatu merindukan ayah dan ibu.

Pertanyaan 2: Bisakah merasa rindu jika bertemu setiap waktu.
Jawab: Bisa.
Contoh: Aku merindukanmu.

Kesimpulan : Rindu sama sekali tidak berkaitan dengan keinginan, pertemuan, waktu dan standar.
Meskipun contoh jawaban ke 2 terkesan subyektif dan personal, aku yakin tidak demikian kenyataannya. Bisa saja kesimpulan ini subyektif, personal, dan seenakku saja. Ini memang makalahku, masalahku, kalau ada yang tidak setuju bukan berarti berlaku dan sungguh sungguh untukku. Aku memikirkannya dengan serius dalam beberapa waktu, tak usah tahu seserius apa atau berapa lama. Sudah kutuliskan kesimpulannya. Jika suatu ketika aku harus menyusun sebuah makalah, tesis, atau apapun namanya, telah kutetapkan, rindu akan kujadikan bahan ulasan, topik, sekaligus judulnya. Rindu memang bukan barang baru, tidak pula bermutu. Para pakar yang pintar pintar tentu keberatan menelaah rindu, tidak akan ada gunanya bagi perbaikan dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan, meskipun pengetahuan tentang kejiwaan. Cuma orang bodoh yang suka bicara dan berpikir tentang rindu, macam aku. Kian takjub aku pada rindu yang bikin aku dengan senang hati meresapi kebodohanku, rasanya seperti menghirup udara di pegunungan pada waktu fajar. Sangat melegakan plus menyehatkan. Tantu saja rindu tidak menjadikanku terhormat dan kaya raya. Tapi aku merasa menjadi orang bersahaja di muka dunia, di antara carut marut berita. Rindu juga tidak menyembuhkanku dari sakit maag atau migrain. Aku teringat, ada seorang ponyanyi pria, muda dan lebay menyanyikan lagu, cinta ini membunuhku. Aku bertanya tanya apakah penyanyi itu sungguh sungguh menghayati syair lagunya, atau lagu itu semata mata hanya diciptakan dan dinyanyikan demi keuntungan komersil belaka. Bagaimana bisa seseorang mencintai tanpa rindu, bukan pertanyaan ke 3. Kalau jawabnya, bisa, yaahh...entahlah. Bagiku tidak relevan. Cinta tanpa rindu serupa jantung tanpa denyut, mati dan akan segera membusuk. Kehilangan eksistensi sebagai jantung. Yang pasti dan masih terjadi pada diriku hari ini adalah rindu ini tidak membunuhku. Aku tidak perlu bersyukur, apalagi mengeluh. Rindu ini tidak membunuhku*