Rabu, 16 April 2014

nging nging nging...

permisi permisi permisi... berisik sekali suaranya menyerbu telingaku.
terimakasih terimakasih terimakasih... dia terus bernyanyi, dia pasti sedang senang, karena sudah kenyang. tapi kenapa selalu begitu dekat lubang telinga. ini tidak adil. dia dapat melihat dan bernyanyi dekat telingaku, memastikan aku mendengar suaranya yang tak putus putus. sedangkan aku, berteriak sekeras apapun tak dapat kupastikan dia mendengarku.
lagi lagi lagi...mestinya dia langsung saja menggigit dan terus saja menggigit. tak perlu nyanyian basa basi. sekali lagi kubilang, berisik. tidakkah dia berpikir, dia bakal mati dari tadi bila aku berniat menghalangi hasratnya memuaskan dahaga. dia keterlaluan, sudah kuberi darah sampai kenyang, masih menuntut perhatian. kenapa dia tidak minum saja, tanpa suara. aku tak keberatan kehilangan darah, tapi kehilangan keheningan rasanya sangat menyiksa.
dia mungkin tak mengira sedikitpun bahwa ada manusia yang lebih suka menanggung akibat gigitannya ketimbang mendengar suaranya. dasar mahluk tak berakal*