Kamis, 03 April 2014

gali gali



Rumah rumah, kau tidak bertanya. Pada yang keluar masuk membawa sekantong roti dan manisan buah asam. Lalu lalu tubuhku menegakkan punggung, berjalan melewati ambang pintu. Selimut perca di atas sofa. Topi baja di ambang jendela.
Sebotol anggur uzur tak menyadari dirinya pikun. Pemilik rumah mengenakan mantel rajutan. Sewarna sarang laba laba saat baru dibelai sinar lampu, malu malu.
Duduklah, duduklah, kata segelas anggur, jelas sebatang kara tidak membuatnya bersemi, tidak menumbuhkan tunas, tak juga bunga bunga.  Sebuah jambangan bergetar nyaris pecah. Tanpa pernah dapat membalas mnggebrak meja.
Oh, ada meja, menopang semua yang bernasib sama. Diletakkan, mungkin sebelum dilupakan atau disingkirkan surat surat penting. Siapa yang begitu tabah, bersedia membaca pesan yang tersesat di kebuntuan sebuah gang*