Minggu, 06 April 2014

lov story

oh cinta, duduklah yang nyaman. kita perlu bicara. kau bicara, tentang sesuatu atau segala yang kau tahu tentang aku. kebetulan aku punya waktu, sangat ingin mendengarmu. tentang aku. apakah aku membosankan, menjengkelkan, memuakkan. aku selalu khawatir tak dapat membuatmu senang. aku cemas kau tak sudi berada di dekatku lagi. akan kubuatkan kopi atau kaukatakan saja apa yang kauingin kekerjakan untuk membuatmu merasa nyaman, sekarang. jangan lagi mengelak. aku lelah dan kesepian. sering merasa kau tak peduli. merasa salah tanpa sanggup memahami kesalahan.
kumohon, jangan diam. aku gelisah, galau, kacau, bila tak tahu apa yang kaupikirkan., tentang aku. apakah aku masih seperti aku. dan kau masih cinta seperti dulu. aku akan sedih hingga putus asa jika kau tak segera bicara.
sudah enam puluh detik, kesabaranku hampir habis. kenapa kau sekarang tak dapat meringankan hatiku. tak mau menghiburku. kau satu satunya harapanku. akan kulakukan apa saja untuk membuatmu senang. bila kau tunjukkan masih ada harapan. tahukah kau satu detik bagaikan seribu tahun, kalau kau tak cepat menolongku.
setelah kuhabiskan waktu sepanjang hidupku, tanpa sedetikpun mengabaikanmu. sekarang kau diam, tanpa bahasa, tak ada isyarat kau akan memberiku waktu untuk menikmati ketenangan yang biasanya selalu kauberikan tanpa aku harus meminta, memohon, setengah memaksa. apakah kau juga lelah dan kacau sampai kehilangan hasrat untuk bicara.
tolong, katakan apa saja. sepatah kata juga tak apa, asal tidak diam macam sekarang.
kenapa kau sekarang kejam dan keras kepadaku. cinta mestinya tidak begini. kau pasti mengerti. tak akan dapat kulalui lebih banyak lagi waktu tanpa perhatianmu. hampir seratus dua puluh detik, aku di sini, kau masih bergeming. aku merasa akan sia sia. udara semakin menipis, lidahku pahit. mumgkin kau memang sengaja diam untuk membuatku menderita. kalau ada yang salah padaku, kenapa kau tak berbesar hati dan mengatakannya. agar dapat kuperbaiki. aku ngeri menghadapi satu detik yang akan datang dalam kekosongan. jangan kaupikir kediamanmu setara emas. percayalah, akan kulakukan apa saja untuk membuat kau bicara, meski hanya sepatah kata. tangisku hampir pecah.
cinta, kau kelewatan. apapun salahku, tak pantas kaubalas dengan cara ini. menyakitkan  kau bukan cinta yang telah kukenal. kau telah berubah, entah apa, tak lagi peka tak perasa. lebih tega dari setan. mentang mentang aku sangat butuh mendengarmu, kau manfaatkan kesempatan untuk jual mahal. ya, aku tak sanggup lagi, sebentar lagi menyerah. aku pasrah kalai memang kau berniat membuatku hancur. kau pasti bisa. hanya saja aku tak pernah menyangka, tidak sedikitpun, kau sampai hati berbuat begini padaku, yang selalu setia dan rela memberimu segalanya.

mana kopinya. cinta akhirnya bersuara. dua kata sedahsyat gempa skala sembilan richter.

aku gemetar, ingin pingsan, sangat enggan meninggalkan ruangan. dapur teramat sangat jauh, seakan tak mungkin kutempuh. masih ditambah setidaknya seribu lima ratus tahun, perkiraan waktu yang masuk akal, yang kubutuhkan untuk membuat segelas kopi. itupun kalau termosnya sudah terisi air mendidih*