Kamis, 24 April 2014

jalan air

berjalan dalam hujan. menelan dingin dan lapar. mereka lega karena dalam perut selalu hangat. terus melangkah menuju reda. merajut rindu, helai demi helai yang terurai dari mendung. kau bersenandung. aku termenung. siapa di antara kita yang bakal tersandung. batu batu gelisah menunggu langkahmu. menanti kejatuhanku. berjalan dalam hujan, dalam dekapan. mereka mestinya tiang, tegak menghadang dingin, bergeming tanpa gigil. kau licin, serupa jalan dan semua yang basah. hujan berbisik. amin. batu dalam perutku mengusap wajahnya seperti mengusaikan doa. reda hanya jeda. meniupkan pesan pada keca jendela. tuliskan sebuah nama. bulan, jalan, kota, organ tubuh manusia, apa saja yang mengenang patahnya sebatang dahan. jemari tangan berujung kayu, terukir jejak dingin*