Senin, 21 April 2014

defile

saat terbangun dari tidur, bila kau mau aku tak keberatan mengulang kembali setiap percakapan remeh temeh yang telah kita lewati. seperti belum pernah terjadi, sebab mimpi memang belum terjadi. di luar mimpi, tidurlah pasti.
aku minta kau tidak pergi. hingga pagi. berjuta juta pagi. kau masih ingin pergi. mencari pagi. untuk berukar pendapat tentang rasa kopi, pengaruh mie instan untuk kesehatan, cara bicara seorang kenalan, yang paling hangat tentang kucing dan hembusan angin.
kenapa, kenapa hidup pandai bersolek.bentuknya sangat segar dan selalu menggoda. seperti seorang perempuan muda baru keluar dari wc umum, mengenakan kaos tanpa lengan, celana cepak, dan sehelai handuk kusam melilit rambutnya. kau bersedia pura pura terpesona supaya aku tertawa.
betapa romantisnya langit. sepasang kepala babi sedang berciuman, terbuat dari awan. kita yang mana. mereka tak menghiraukan kehilangan. kenangan menyimpanku, simpanlah aku. untukmu, kalau kau mau.
kematian. telah kucoba tidak mengatakannya dengan gamblang. tapi gagal. kau sangat cerdas. percuma membuang waktu untuk bertaruh dalam tidur. baiklah, rindu memang mirip bangkai, baunya menyengat, menciptakan kegentaran dan keresahan. mereka punya lemari pendingin, bumi punya kutub dan puncak puncak tertinggi. kita punya berjuta juta pagi untuk pergi. menemukan kebekuan, mengabadikan kehilangan.
kenapa, kenapa mudah sekali terbiasa dengan keajaiban. menutup hidung saat mendengar nyanyian pantat. menggunting tali pusar. menggoreng burung dara. rasakan debar jantungku, taruh tanganmu di dadaku. sambil tidur. kita tak sanggup menghentikan kantuk. menguap berkali kali serupa air mendidih.
kau tidak jadi pergi. aku belum tahu pasti. tidak menghitung pagi dalam berjuta juta mimpi. rambutmu wangi, berhalai helai benang sari putih tersesat di kepalamu. kukira kau sekarang setampan bunga berkelopak perak yang dapat berjalan jalan. saat terbangun aku ingin menjadi hujan. mengguyurmu dengan kegilaan, berjuta juta keheningan. tak ada yang heran. tak ada yang menggugat impian.
saat terbangun, kulihat kau masih pulas. kudengar jantungmu berdegup memimpikan kehidupan*