Sabtu, 22 Februari 2014

ibadah

kau tak perlu menyesal atau mohon maaf, untuk setiap kebaikan, ketulusan, kerelaan, pengorbanan, waktu, kesetiaan, ketekunan, kesungguhan, atau apapun namanya. segala kemuliaanmu yang kau berikan, akan kuterima sepenuh tubuh dan jiwaku. jika saja aku telah menjadi manusia yang pantas diperlakukan dengan begitu hati hati dan bijaksana. tanpa kau minta, pasti kumaafkan. sungguh, bukan salahmu, akupun akan mengerjakan hal hal serupa, jika aku manusia merdeka dan mampu menyangka diriku telah menemukan yang paling utama yang belum dikerjakan semua manusia untuk sesamanya.
akulah yang seharusnya mohon maaf dan pengertianmu, jika aku manusia yang hanya mampu merendahkan kemanusiaanku. karena tak punya keberanian untuk melihat ke dalam diriku sendiri. selalu cemas akan terperosok ke dalam kesombongan tak berdasar dan kehinaan paling dalam. kalau dapat dan sempat, alangkah rindunya kukatakan terima kasih untuk segala yang telah kaukerjakan, apa saja yang membuatku merasa mesti menjadi lebih dari diriku sendiri.
semua yang kupunya hanya kalau, jika, seandainya. tak pernah apa adanya. kau benar, sama persis dengan yang dulu pernah selalu kugumamkan pada bagian akhir doa syukur agung, saya tidak pantas, tuhan datang kepada saya tapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh. imam mengangkat hosti, roti tawar, bulat dan pipih, sambil berkata, tubuh kristus. aku bersama seluruh umat menyahut, amin*