Sabtu, 15 Februari 2014

*

telah kau tiupkan angin kencang. kau jatuhkan hujan lebat. kau letuskan sebuah gunung. sia sia. mungkin aku hanya ingin kau tahu bagaimana rasanya hampir putus asa. anginmu hanya mengacaukan rambutku. hujanmu membuatku sedikit basah dan kedinginan, tidak lebih. letusan gunung itu bahkan sama sekali tak menyentuhku. kenapa. sebenarnya kau yang setengah hati mengerjakannya, atau aku yang sangat mahir bersikap tidak peduli. aku bukan banci. kau tahu pasti. tak ada yang lebih pasti dari kau. jika memang kau tak lagi sungguh sungguh berhasrat menarik perhatianku untuk apa kau berkeras mengerjakannya dengan sembarangan. aku tidak sedih. tidak peduli. tidak pula mati. jadi apa. betapa senangnya kalau aku tahu. kau bosan padaku. tidak mengherankan. akupun bosan pada diriku. bosan terus menerus berharap dan mengandalkanmu. kau dengan kejutan kejutanmu. kau dengan semua isyarat menyesatkan itu. cobaan atau ujian apa lagi. aku bukan anak sekolahan. tidak butuh diluluskan, apalagi peringkat. bukan malaikat, aku punya hasrat yang hampir padam. menyedihkan. cuma kau yang tahu benar cara menaklukkan hati perempuan. tidak seperti dulu, sudah lama sekali. kukira kau dan aku telah sangat saling mengerti. kaulah satu satunya yang kupunya. kau. kau yang tak bosan dan tak putus asa mengerjakan apa saja demi aku bahagia. tidak tepat, bukan bahagia, hanya merasa ada karena kausayangi apa adanya. apakah anginnya mesti lebih kencang hingga aku terbang. hujannya seharusnya menghanyutkan. atau perlu kaualirkan lahar tepat ke arah di mana aku tak dapat beranjak. aku tak tahu. seperti semua manusia lain, akupun tak ingin terjerumus ke dalam kesusahan. kalau kau masih di sana, kau pasti punya cara paling tepat untuk membuatku tidak merasa kesepian. aku tidak minta kaukerjakan yang kuinginkan, tapi kerjakan saja. aku rindu bersenang senang. dalam ingatanku, hanya kau yang bisa sangat menyenangkan*