Senin, 28 Oktober 2013

*

aku harus pergi, sudah siang ini.
kesibukan  menjelang keberangkatan segera surut dalam ingatan saat perjalanan. perjalanan selalu menyenangkan, bagian terbaik dalam kehidupan. perjalanan sejatinya tidak membutuhkan tujuan,  perjalanan lebih berharga dan layak dikerjakan bukan karena tujuan, bukan pula sebab menjadi awal.  segalanya bersinar terang dalam perjalanan. salah bicara, mengatakan sesuatu yang tidak bermakna, akan menjadi teman yang meringankan langkah, melupakan jarak.  aku tidak harus pergi. tidak bisa pergi. tidak ada tempat atau tujuan yang lebih baik dari pada di sini. lihat, aku diam, sementara segalanya, semuanya, selain aku melintas cepat di sisiku, kedua sisi, kanan dan kiri. yang semula berada di depan segera berpindah ke belakang. yang kulihat dan terlewat dari pandangan, angin, batu, dinding, pohon, tiang, nama nama jalan dan tempat. tidak benar sama sekali mengatakan  aku harus pergi. berpikir dan bertingkah seperti tidak mengenalmu. kau tidak pernah mengharuskan apapun, tak ada hamparan maupun celah yang dapat kudatangi sendiri. datang dan pergi memang biasa saja, hanya tidak mungkin terjadi. kau dan aku adalah dua, langit dan bumi cuma satu. lucu jika kukatakan dapat terpisah darimu. apalagi sudah siang itu. kau dan aku telah sepakat untuk tak pernah sepakat dalam segala hal. sudah siang untukku tidak sama dengan sudah siang untukmu. siang bisa pagi, bisa tengah hari, bisa sore atau tengah malam. siang tidak punya kehendak menyetujui atau menyangkal dirinya sendiri. siang dimiliki setiap hari. mengatakan sudah siang yang seolah olah menjadikan waktu sebagai alasan mengerjakan sesuatu, alangkah kekanakan dan dibuat buat. apa bagusnya membuang udara untuk menyuarakan kalimat tidak berguna. tidak ada. tapi kau atau aku selalu punya cara paling bagus untuk menggunakan apa saja.  ruang, gerak, waktu dan kalimat kalimat dungu. kau atau aku akan mempermainkan setiap ketetapan sepanjang hari tanpa letih pada setiap hari. menaruh seluruh semesta dalam sebuah bola. menempatkan siang kapan saja menginginkan terang untuk bermain bersama bayangan.
suatu ketika kau atau aku, siapa saja yang paling suka, akan berkata. aku harus pergi, sudah siang ini, waktu tengah malam. biar malam gemas mendengarnya, meringkus ruang dalam kegelapan. biar gelap menelan ruang dan seisinya. kau dan aku, seperti biasanya, berdansa dalam kehampaan*