Selasa, 01 Oktober 2013

*

berapa botol arak dikosongkan untuk menemani sebuah lagu. supaya terdengar merdu. pertanyaan melankolis, sadis, mungkin najis. pertanyaannya tentu tidak bersalah, tidak menanggung apa apa. tapi si penanyalah yang payah, juga parah. akulah ia, yang bertanya tidak kepada siapa siapa. hanya untuk merasa hebat dan jagoan. rasa getir dan bening, rasa martir. serupa binatang buas dalam buku buku ensiklopedia bergambar, tidak mengaum, tidak mencakar atau menggigit setiap tangan riang dan takjub yang menunjuk nunjuk sekujur tubuhnya, bahkan tetap diam kendati taringnya dicolek sambil tertawa. cuma salah satu cara untuk menaklukkan dunia. masih banyak cara lain yang lebih jelek dan amburadul untuk membangun ruang rindu. ruang rindu yang kehilangan pengunjung. kesepian, tidakkah lebih mulia dari ketentraman. itu pesan tersirat dalam surat surat para rasul. kau bukan tuhan kalau tidak datang ke dekatku. kau bukan tuhan kalau tidak mengatakan apa apa yang akan membuatku muntah. lambungku penuh pengertian. air mata memabukkan. lagunya belum terputus. cuma berganti judul. penanya menggelengkan kepalanya. sesaat kemudian tersenyum manis atau nyengir, tidak pasti. berapa botol arak. hitung sendiri. benar, jika bilangan belum bertukar urutan. satu. tiga. lima. keganjilan menggenapkan barisan. seperti semut sedang menggali langit. kesadaran tak habis habis. ruang rindu tidak berpintu mengejek kepalan tanganku. sini, satu botol lagi merayuku memutar lagu. kau bukan tuhan kalau tidak mendengar. aku bukan aku kalau tidak menyayangimu. arak bukan arak kalau tidak memunahkan jarak. macam mabuk hakekat saja semua kalimat mahir bersilat lidah. berapa botol arak pasrah menggenangi mata. lagunya terdengar mantra, buta. buta  buta*