Senin, 24 Juni 2013

jurang

manusia yang terbiasa berada di puncak gedung tertinggi pasti manusia yang berpikir lebih logis dan praktis dari pada manusia yang lebih menyukai puncak gunung.
tinggal mencari tahu gedung berpuncak paling tinggi. memutuskan puncak gedung mana yang ingin dikunjungi. kemudian memasuki gedung melalui pintu, menaiki tangga atau elevator. dari lantai dasar, lantai pertama, ke dua, ke tiga dan seterusnya, sampai ke lantai tertinggi.
setelah menemukan puncak gunung tertinggi, manusia tidak dapat langsung mendaki gunung yang dipilih, bisa mati. mula mula harus mendaki gunung yang lebih rendah puncaknya dan landai lerengnya. setelah tiba di puncak gunung tidak ada tangga yang dapat mengantar manusia ke puncak lebih tinggi. pendaki itu mau tak mau harus turun kembali sampai ke lembah datar, berjalan ke lereng gunung lain yang lebih tinggi puncaknya lalu kembali mendaki. antara puncak gunung pertama, ke dua, ke tiga tidak ada tangga atau jalan penghubung. turun dan mendaki mesti dilakukan berulang kali hingga akhirnya berhasil berada di puncak tertinggi yang diingini.
di puncak gedung biasanya manusia bisa mendapatkan segala yang diperlukan untuk merasa aman dan nyaman sepenuhnya. keindahan, kenikmatan sesuai harapan, kendali atas suhu udara dan cahaya, perlindungan dari cuaca yang tidak diinginkan dan kalau mau bisa mengundang banyak kawan.
puncak gunung membuat manusia lelah hingga tidak berdaya, terbius kepada keindahan, kenikmatan bersama sedikit kawan yang mungkin bersedia ikut serta bersusah payah. semua yang tidak tunduk kepada kehendaknya.
masuk akal dan tidak berlebihan jika manusia penggemar puncak gedung dan manusia pengagum puncak gunung tidak sepakat dalam banyak hal. terutama yang menyangkut keindahan, kenikmatan dan kawan kawan.
manusia di puncak gedung memandang lampu lampu kota menyala pada waktu senja. semakin malam semakin semarak dan bersinar segala warna yang berada jauh di bawahnya.
manusia di puncak gunung melihat lembah meremang ketika mulai datang senja, remang menggelap bersama malam, menenggelamkan semua warna hingga ke dekat kakinya*