Rabu, 05 Juni 2013

ibu

setiap kali berjumpa dengan seorang perempuan bermata hangat aku menyapa, ibu, kepadanya. kemudian bertanya,"kau ingin anakmu menjadi apa." seringkali perempuan yang kujumpai, kusapa dan kutamyai memandangku, tercekat, terperanjat. kurasa wajar kalau perempuan bermata hangat terkejut oleh sapaan dan pertanyaan yang dilontarkan seorang tak dikenal. kuulangi kalimatku dengan lebih lambat dan sopan, berharap perempuan bermata hangat bersedia menjawab. suaranya sehangat tatapannya ketika dia berkata,"menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, berguna bagi bangsa dan negara. bertakwa kepada tuhan yang maha esa". kucoba mengembalikan kehangatan mata dan suaranya dengan semyuman. sebelum beranjak dan melanjutkan perjalanan untuk menyapa dan bertanya kepada perempuan bermata hangat berikutnya yang mungkin akan kujumpai, pasti kujumpai mengingat celotehan kanak kanak selalu kudengar di setiap langkahku. di mana ada kanak kanak tentu ada ibu ibu di sekeliling mereka.
sapaan dan pertanyaan yang sama untuk seorang perempuan bermata hangat yang berbeda, yang kujumpai di mana mana. mata hangat, suara hangat, sapaan dan pertanyaan yang sama, mungkin itulah sebabnya, akibatnya hampir pasti, jawaban yang sama.
aku hanya sedikit lelah, belum menyerah. berjalan jalan dengan mata terbuka, dengan seksama memandang setiap perempuan yang kujumpai. mestinya ibu berada tak jauh, tidak sembunyi. hanya belum kujumpai.
setelah sekian lama mulai terpikir olehku kemungkinan aku salah memilih selalu menyapa dan bertanya kepada perempuan bermata hangat. harus kuakui gambaran bahwa ibuku adalah seorang perempuan bermata hangat hanya rekaanku sendiri. alangkah banyaknya perempuan tidak bermata hangat yang telah berselisih jalan, kubiarkan berlalu tanpa sapaan ataupun pertanyaan.
bukan kesalahanku sepenuhnya belum menemukan ibu. perjalanan dan pencarian ini bermula dari sebuah mimpi. satu satunya mimpi yang menjadikan mataku terasa hangat sepanjang hari, bahkan sepanjang tahun. seorang perempuan memelukku erat, lengan, pundak dan dadanya menghangatkan sekujur tubuhku, meresap jauh sampai ke dalam jantungku. seorang perempuan yang memelukku sambil berbisik ke telingaku dari jarak sangat dekat,"ibu ingin kau menjadi dirmu sendiri." suaranya sungguh hangat. sebenarnya aku tak sempat melihat wajahnya sehingga tak tahu apapun tentang kehangatan matanya, karena ibu sedang memelukku dalam satu satunya mimpi pertemuanku dengan ibu. ibu memelukku sepanjang tidurku, begitu erat hingga masih kurasakan hangatnya ketika aku terjaga*