Selasa, 25 Juni 2013

catatan di bawah perut

atas nama akal budi dan kesopanan pemilik tubuh sewajarnya menutupi anus. tentang manusia. sadar atau kurang sadar manusia memperlakukan anus secara tidak adil. mungkin demi martabat atau menjalankan perintah agama, atau karena hakekat dan kedudukan anus pada tubuh manusia. bentuk anus tidak sebagus mulut, letaknya juga tidak enak dilihat, dan fungsinya sebagai jalan keluar kotoran atau ampas makanan yang mesti dibuang. seburuk apapun takdir anus, ia harus ada pada tubuh manusia. adanya anus menjadi salah satu syarat mutlak untuk tubuh, hidup sehat dan tidak cacat. para medis akan berusaha keras membuatkan anus buatan bagi bayi bayi yang terlahir tanpa anus. tidak susah mencari fakta dan bukti bahwa anus sangat penting untuk hidup manusia. jika anus bisa berpikir sendiri tidak berlebihan kalau ia merasa berjasa, malahan menjadi pahlawan tanpa tanda jasa bagi setiap tubuh manusia di mana ia berada. kalau anus punya hati dan rasa yang kebetulan mulia, ia tidak akan merasa diperlakukan semena mena, ia boleh merasa senang jika bisa bekerja seperti seharusnya, tanpa perlu menampakkan diri dan bicara dengan siapapun. sesedap dan sebaik apapun mutu makanan yang dimasukkan ke dalam mulut manusia akan membusuk, menjadi racun dan membunuh manusia tak beranus. kalau tidak percaya coba saja entah dengan cara bagaimana, sumbat anusmu, atau lakukan bedah plastik menghilangkan anus. kalau kuingat lebih jauh, anus ternyata organ tubuh yang paling tulus dan lurus. anus tidak seperti mulut yang bisa dibungkam oleh pemiliknya atau orang lain untuk protes atau memaksakan suatu kehendak. mulut mau saja menuruti keinginan pemilik tubuh meskipun tujuannya sama sekali tidak terkait dengan hidup, melahap makanan dan mengantarkan suara dengan macam macam cara demi memuaskan nafsu pemiliknya. anus lebih konsisten dan apa adanya, tidak tunduk kepada pemilik tubuh dalam menjalankan tugasnya. kapanpun perut manusia penuh kotoran dan ampas makanan, anus membuka jalan, mengirimkan isyarat supaya pemiliknya segera membuang hajat demi kesehatan dan kelanjutan hidup pemilik tubuh.
tidak ada norma atau ajaran yang melarang mulut manis mencibir jijik dan berkata anus najis karena selalu dilewati kotoran berbau busuk. mungkin sudah takdir*