Senin, 03 Juni 2013

so sweet

pengetahuan serupa pemabuk paling suntuk. menunjuk nunjuk ke segala arah sambil berteriak, kau, kau, kau, kau, dan kau, dan kau juga yang bikin lidahku pahit, terbakar, menari tanpa henti bersama api. tidak sekalipun terpikir hendak menunjuk dirinya sendiri. ia berjalan sempoyongan sambil menendangi apa saja yang kebetulan berada dekat kakinya. hasrat terbesarnya adalah menelanjangi setiap yang ditemuinya. mabuk membuatnya tidak pilih pilih, seringkali berujung salah pilih. sesaat kemudian langkahnya terantuk kerinduan tak terbendung untuk meledakkan diri. pecah, berserakan, dan meninggalkan pertanyaan sama banyaknya dengan erangan dan kutukan. tak ada seorangpun yang ingat untuk memintanya bertanggung jawab. ia hanya pemabuk, kepenatan belajar atau mengajar bagaimana caranya menyucikan diri dan mahluk mahluk yang dikasihi. sepatutnya ia menerima rasa hormat dari sesamanya, dari mereka yang tidak atau kurang belajar dan mengajar.
kenapa senyum senyum.
mabuk.
daripada senyum senyum mending kau ralat semua kitabmu.
ide bagus.
ide bagus selalu dikerjakan dengan buruk.
kecuali olehmu.
haahh...jangan merayu.
kau tersipu.
aku tersapu.
oleh kitab kitabku.
tumben betul.
jangan merengut.
cuma kebetulan.
mari bersulang.
sekali sekali aku ingin bicara serius denganmu.
selalu.
aku ingin memeluk semua kutu busuk di kasurku.
boleh.
jangan menyela kalimatku.
oke.
kubaca sang budha pernah menasehati perempuan, jangan menikahi lelaki, nikahilah kebenaran.
akulah jalan, kebenaran dan hidup.
cuma kebenaran, tidak pakai jalan dan tidak butuh hidup.
...
kok diam
aku menunggu.
apa.
kau ledakkan diri.
so sweet*