Minggu, 23 Desember 2012

zikir

Aku selalu mendengarmu meski kau tak bicara padaku. Aku diam, tidak kukatakan pada sssiapa, bahwa suaramu selalu menyapa. Aku tahu, atau menduga keras mereka akan menuduhku kurang waras, menasehatiku untuk membuka mata dan telingaku. Tak ada yang sudi percaya kalau kubilang aku mendengarmu dengan jari jariku, dengan lidahku, dengan tengkuk, dengan ubun ubun, dengan usus dan jantung, empedu dan anus. Kejujuran seringkali seperti tidak sopan, bahkan kasar. Aku bukan hendak minta maaf. Hanya diam, dan terus mendengarmu, semakin nyaring dan megah. Apa peduli mereka, apa pula peduliku. Kalau aku berkeras mendengarmu, diam, dan tidak mengatai semua orang tidak peka. Karena aku paling cinta, dan cinta paling banyak bicara ketika bahagia. Ketika kukatakan aku mendengarmu dengan sekujur tubuhku*