Minggu, 23 Desember 2012

serupa

Marilah kita saling menelanjangi di bawah cahaya matahari. Serupa rumpun bunga di musim semi. Kita menari seharian di lereng bukit. Sampai datang angin mau bersusah payah menerbangkan kita, setelah menyerah tak menemukan sehelaipun jubah..Menuju dataran rendah, terjatuh lalu hanyut di muara. Berpelukan dengan segunung sampah yang menyimpan cerita gembira tak terhitung. Sahut menyahut gelak tawa, menghiting belang dan uban di tubuh dan kepala kita.
Lihatlah, mata harinya tak pernah begini cemerlang dan senang. Tak pernah mengalihkan tatapannya barang sekejap dari ketelanjangan kita. Sampai jubah jubah kita berteriak mengiba di tengah samudra. Mungkin ada angin lain mengantarnya ke sana, mencari kita.
Biarlah, jubah jubah akhirnya belajar bahwa cuma dirajut untuk menutupi kesempurnaan.
Ini musim apa, tahun berapa, bulan apa, tanggal berapa, hari apa, jam berapa. Setiap peringatan telah dilupakan, tenggelam pelan ke dasar bumi bersama jubah jubah malang, terseret deras airmatanya sendiri.
Gunung gunung sampah mewangi. Kita menari. Serupa rimpun bunga di musim semi*