Rabu, 05 Desember 2012

kekasih biasa

Seolah olah penghuni dunia sedang berduyun duyun ke satu arah. Tapi aku kekasih biasa, yang sewajarnya menyukai sudut sudut asing, sepi dan tersembunyi. Untuk menemui kekasih yang biasanya menunggu di sana. Di tempat yang tak ingin disinggahi kebanyakan penghuni dunia.
Tak ada salahnya menjadi kekasih biasa, atau itu hanya penghiburan bagi seorang pembuang sampah. Seorang pemuda yang setiap pagi berjalan dari rumah ke rumah, berhenti di tiap pintu, berjalan masuk ke halaman rumah, mengambil setumpuk benda buangan untuk dituangkan ke dalam gerobaknya.
Mungkin ia juga punya seorang kekasih biasa yang menyukai sudut sudut asing, sepi dan tersembunyi untuk saling berjumpa. Kekasih biasa yang sama sekali tak pernah menginginkan apapun selain sesaat kebersamaan. Mungkin hambar, bisa pula bersinar.
Setiap kekasih biasa bisa murung atau bahagia, yang sedikitpun tak ada hubungannya dengan makna hidup kekasihnya.
Banyak penghuni dunia berkata,"Jadikan dirimu berguna bagi masyarakat, keluarga, bangsa dan negara."
Tapi kudengar aku berkata,"Jadilah kekasih biasa bagi kekasihku." Untuk melupakan siapa saja yang kutemui kemarin, hari ini atau besok pagi.
Seorang anak bangga karena memiliki gambar walikota yang tak kukenal namanya. Seorang anak masih terlalu muda usia untuk jatuh cinta dan memahami bahwa tak ada yang lain patut disyukuri selain memandang wajah kekasih.
Seorang pembuang sampah adalah kekasih biasa, hanya saja bau busuk kerap kali mengeruhkan rongga kepala dan dadanya.
Di tempat asing, sepi dan tersembunyi, kusentuh segenap dunia beserta penghuninya pada genggam tangan kekasihku*