Sabtu, 10 Mei 2014

heart 2 heart

kepada yang tercinta, surat surat tak berharga.
kau menyimpanku di tempat rahasia, hanya kita yang tahu. jalan menyala penuh kenangan. mataharipun memadamkan diri di sana, untuk kita memilih cahaya dan warna angkasa. terang atau redup, putih, biru, ungu, jingga, semua warna permen yang biasa kita kunyah ketika berjumpa. kau pandai memilih rasa, anggur, jeruk, blueberry, rasberry, strawberry, coklat, kacang, mint. aku merasa apapun rasa yang kaupilih pantas kunikmati. sementara kau membaca gerak bibirku. seperti tarian suci mengiringi persembahan yang digelar bumi untuk langit. tertawa atau menangis, aku persis bayi. penuh perhatian serupa kanak kanak dibacakan dongeng. kau tenangkan kedua tanganku untuk menggenggammu, kau redam suaraku dengan lagu lagumu. kau bentangkan aku seluas semesta, tak kan cukup waktu kita untuk menjelajahi setiap sudutnya menyimpan kisah. apakah kita sebaya, setara, searah. kau terus membaca, seperti gila. aku tertawa dan menangis tanpa lelah. kau membacaku sepenuh jiwa. serupa kanak kanak, aku terpesona. persis bayi, aku tak bicara. tak bertanya, bukan karena aku tahu kau tak punya jawaban, karena kau membacaku setiap waktu.
kau, selipkan aku dalam kalimat kalimat yang tak tertulis di semua buku. menjadikan aku rapuh, mudah terjatuh. hingga aku tahu aku harus jatuh, di tanganmu. kau siap melipat dirimu menjadi pesawat terbang, bangau, angsa, semua yang ringan dan berwarna cerah. bukannya memar, aku berpijar, melesat secepat kilat. setelah terhempas, mendarat di atas kapal. kau berkerut, aku hanyut, arus ajaib, jeram tawa, deras air mata. jangan segan melipat, kau tuliskan pesan, jari jari tanganku penuh hasrat. tak apa lumat atau terkoyak, surat surat tak berharga selalu dapat membuang dirinya ke tempat rahasia. tak perlu petunjuk jalan atau peta, cukup mengikuti gema gelak tawa dan jejak air mata.
kepada yang tercinta surat surat tak berharga, sekarang aku telah dewasa, tak bisa tertawa dan menangis seperti bayi. tak mudah terpesona dongeng macam kanak kanak. aku rindu membacamu, kususuri jalan jalan kota, tapi kau tak dijual di mana mana.
kepadamu, yang tercinta, surat surat tak berharga, kutuliskan yang tersirat darimu lewat sebutir debu, baru saja mengecup mataku, ketulusan, harus rapuh agar mudah terhapus, hingga layak ditulis kembali, berkali kali*