Selasa, 06 Mei 2014

*di mata telaga

musik. hanya musik. daun daun jatuh tertiup angin. hatinya menari. menemukan sebuah gambar belum mati. sehelai kertas buram tersesat, setelah melewati jalan panjang yang terbentang meski patah, meski lubang tumbuh serupa rumput liar, antara pekarangan hingga ambang hutan.
kau atau angin yang bermain. senyumnya merona. memandangi angkasa tertidur pulas dalam buaian. serupa kanak kanak kelelahan setelah berkejaran. akar berdesakan, pohon pohon dan rerumputan. melebarkan banyak celah dalam tanah, tiada hilang arah.
sebatang ranting terulur. sehelai kertas buram tersangkut. gambar melahirkan gurat gurat sketsa pada wajahnya, mengangguk angguk.senada bunyi kepak sayap dalam gelombang. cuaca benar serba salah, pasrah.
di tepi telaga, angsa angsa singgah, untuk menyapa awan bergumpal gumpal yang asyik berenang. suaranya melengking, berseru kepada angkasa basah yang telah pula tenggelam. selama berabad abad.
hanya musik kaudengar. kau atau angin yang mainkan. ranting dan sehelai kertas buram belum terpisahkan. bersama sama menggambar banyak sketsa dalam seraut wajah*