Kamis, 29 Mei 2014

bola kaca

rumah dalam bola kaca. perempuan itu duduk tenang, menggenggam rumah dalam bola. seperti memperhatikan, seperti tidak melihat, matanya tertuju ke arah bola kaca berisi rumah. rumah dalam bola kaca seperti menyelam atau tenggelam. dikepung air. dari lantai hingga puncak cerobong asapnya berada di dalam genangan air. bola kaca penuh air. selain rumah, ada sesuatu serupa salju. setumpuk putih, butiran kecil dan serpih, bersandar pada tepian bola kaca yang kebetulan sedang berada di bagian bawah. sesuatu yang putih dan kecil serupa salju segera akan berhamburan, melayang tak beraturan bila bola kaca digerakkan. rumah itu serasi dengan salju. kelabu, kuning pucat, sedikit bergaris biru langit pada dindingnya. sebuah cemara muda melekat di sebelah kanan, sedikit ka arah belakang rumah, menyatu dengan dinding rumah, hijau cerah daunnya, coklat tua dahannya. tak beda dengan rumahnya, cemara kecil pantas sekali dikelillingi salju.
tidak harus melihat ke dalam bola kaca, siapa saja dapat menghadirkan salju dalam bola kaca. ayunkan, lebih kuat, salju segera berputar lantas bergerak ke bawah seolah berjatuhan, pelahan atau deras. gerimis atau badai. tak ada yang tidak cantik dipandang mata. seandainya saja perempuan yang memegangnya tidak buta.
sekalipun buta, bola kaca berisi rumah, cemara muda dan butir butir salju membuat keberadaan sepasang mata tampak indah. perempuan buta tahu, seringkali memandang lama, dalam angannya, seorang perempuan buta sedang meraba rumah, pohon cemara, dan salju yang terkurung dalam bola kaca.
rumah dalam bola kaca di sisi cemara muda itu indah, ibunya pernah berkata. sejak perempuan itu masih kanak kanak, lebih muda usianya dari cemara dalam bola kaca. seindah apa. perempuan buta dapat mengetahui lebih jelas jika bola kaca yang mengurungnya pecah. selembut apa saljunya, sungguh sungguh sesejuk salju sungguhan ketika menyentuh jari jarinya. banyak keindahan dapat dirasakan lebih nyata jika tak ada lagi bola kaca yang mengurungnya. perempuan buta ragu, genggaman tangannya sedikit goyah.
duduknya selalu tenang pada saat tangannya memegang rumah dalam bola kaca. telah jadi kebiasaan yang ditanamkan ibunya sejak dulu, perempuan buta harus patuh atau tak diijinkan menyentuh rumah dalam bola kaca.
segala kemungkinan hanya menggelisahkan bagian dalam kepalanya. sesuatu, pikiran namanya. kebutaan membuatnya melihat pikirannya, lebih tajam dari pada melihat jari jari tangannya.
pernah perempuan buta bertanya dengan pikirannya, kenapa rumah dalam bola kaca, benda paling indah yang diberikan dan ada padanya. alangkah baiknya bila ia dapat memegang, meraba, menyentuh dan menggenggam sebuah kotak musik. telinganya tidak tuli, jari jarinya peka. ia dapat merasakan keindahan lebih nyata dari kotak musik yang terbuka, rangkaian nada merdu pasti terdengar, dapat disentuhnya penari mungil yang berputar seirama musik. tidak mesti kotak musik. boleh juga sebuah boneka keramik, patung patung kristal, sebuah pajangan dari kayu atau tembikar. atau benda apa saja, asalkan tidak berada dalam bola kaca.
telah berlalu segala kemungkinan. rumah dalam bola kaca memastikan bahwa perempuan itu buta. hanya terdengar suara ibunya, dalam angannya, indah sekali, hujan salju. semakin kuat digerakkan semakin. menakjubkan, badai salju. rumah dan cemara muda tak terusik sedikitpun. perempuan buta saat itu masih muda, hanya mendengar suara ibunya. tak ada raungan angin atau hawa dingin. hujan salju, badai salju, yang bisu, terkurung dalam bola kaca, tak teraba. perempuan buta sama sekali tak dapat melihat cukup dekat, rumah dan cemara muda yang tabah, betapa inginnya perempuan buta menyentuh, melihat dan merasakan dengan jarinya keindahan yang diceritakan ibunya. seandainya tangannya tak terhalang bola kaca.
hati hati, jangan sampai pecah. bola kaca itu satu satunya milik kita yang terindah, yang tersisa, perempuan buta terkenang pesan ibunya. bola kaca di tangannya bergetar, perempuan buta tak sadar tangannya gemetar. salju beterbangan, melayang ringan, berjatuhan, menyerbu atap rumah dan daun daun cemara muda, tanpa suara, tanpa aroma. perempuan buta menatap lurus dan tajam. ke arah rumah dalam bola kaca, menembus badai salju dalam kedua bola matanya*