Kamis, 01 Mei 2014

*

mungkin tak akan dapat terlupa sampai mati.
pertanyaannya, apakah hidupmu tragedi.
apakah aku hidup. ya. aku hidup. kenyataan tak dapat disangkal dengan kebenaran apapun. aku hidup. hidup untuk membaca dan menulis tragedi. menjadi tragedi. apakah tragedi. aku malas mencari definisi, merasa telah memahami makna sebuah kata. tragedi. seperti seorang paling menyedihkan di muka bumi, mengatakan dan memikirkan tragedi. tapi, adakah yang bukan tragedi. semua benda, mahluk, peristiwa, adalah akibat dari sesuatu yang tidak sungguh sungguh dapat dimengerti. apa namanya kalau bukan tragedi. berbuat dan tidak berbuat, mengerjakan dan tidak mengerjakan, menjadi dan tidak menjadi, adakah yang tahu pasti. berlebihankah bila tidak tahu pasti adalah tragedi, setidaknya mengawali. menjadi sebab, menanggung akibat, menerima berkah atau nasib sial, menemukan alasan dan dalih. mencoba mengerti tanpa pernah mengerti. definisi tragedi mungkin tak seburuk itu bila ternyata aku salah. mungkin bukan buruk, hanya menakutkan. ketakutan menakutkan, keberanian juga sama, menakutkan. menjadi manusia keturunan pembangkang, pemakan buah pengetahuan. pasti ada yang kulewatkan, tak terpikirkan olehku, itulah satu satunya peluang menyingkirkan tragedi dari perbendaharaan kata yang dimengerti manusia. katakan padaku kalau ada yang tahu. kepedulian membutakan, ketidakpedulian menyakitkan. dan mudah sekali untukmu dan aku memilih. hidup memang pilihan, manusia adalah pemilih, dunia pemberi. apanya yang tragedi, bagian mana, bagaimana. aku mengada ada. maka aku telah menjadi tragedi untuk diriku sendiri. mungkin ada yang butuh tragedi untuk diolah jadi bahan stand up comedy. jangan pesimis. bukankah setiap warga negara yang peduli dan tidak buta politik mendapatkan pelajaran berharga dari tragedi g30s/pki. anak anak sekolah juga perlu belajar sejarah agar menjadi manusia berbakti kepada orang tua, berguna bagi bangsa dan negara*