Minggu, 05 Mei 2013

tasawuf

malam lazim, berteman segelas kopi dan sebatang sigaret. kutepikan semua keharuman. berandai andai menjadi pesakitan yang kehilangan segenap kesadaran. yang membuatku merasa perkasa, mulia dan kaya raya. menyedihkan sekali, aku cemburu pada segelas kopi dan sebatang sigaret yang segera dingin dan padam.
cinta mestinya tidak meminta.
kenapa kau tega menyamakanku dengan kuburan, perkasa, mulia dan kaya raya.
cinta mestinya tidak bertanya.
aku merasa pahit dan telanjang.
cinta mestinya tidak merasa.
ya sudah, anggap saja aku bicara dengan selembar lukisan surealis. hanya bocah bocah yang berani bertanya setelah sesaat melihat dengan mata menyipit dan jidat mengernyit,"gambar apa sh?" tak sudi kudengar kau berkata, cinta mestinya tidak menafsir.
aku ingat kata katamu. kuhamburkan isi kepalaku, bersiap menikmati tegukan terakhir bertemu hisapan terakhir di bibirku. untuk melewati waktu kueja lambat lambat, me nikmat i, menik mati, me nik ma ti.
apakah kau tersenyum iba padaku. aku tidak menangis untuk sebuah malam yang lazim*