Jumat, 31 Mei 2013

pesta

kucing hutan dan kucing padang savana tidak pernah berjumpa. baguslah. jika tidak mereka akan serupa kucing rumahan dan kucing jalanan. kucing rumahan dan kucing jalanan harus menanggung nasib karena hidup berdekatan. pagar sekokoh dan setinggi apapun tak akan mampu menghalangi lompatan kucing. tubuh kucing rumahan dan kucing jalanan sama liat, lentur dan ringan, mereka juga sama sama doyan ikan, sama sama gemar bertengkar. saling menggeram, menegakkan bulu tengkuk dan punggung di hadapan lawannya supaya terlihat lebih besar dan mengerikan. tidak ada yang berniat melerai pertengkaran dua ekor kucing, kecuali manusia yang phobia kegaduhan. bukan itu masalahnya. kenapa dua ekor kucing saling mengancam, tak ada mangsa yang diperebutkan. kucing rumahan memiliki majikan dan tempat tenggal. kucing jalanan memiliki kebebasan dan sepanjang jalan, sepertinya adil dan aman untuk keduanya. manusia tidak memahami bahasa kucing, hanya bisa berkhayal tentang makna setiap erangan kemarahan. kucing rumahan dan kucing jalanan hanya mengerang, dengan satu bunyi dan nada, hanya jeda di atara masing masing erangan yang berbeda panjang pendek waktunya. kucing kucing seakan akan saling berkata dengan geram, akulah kucing sejati. sahut menyahut, akulaaah kuciiing sejaatiii. akulaaah kuuuciiing seeejaaatiii. segayung air saja kadang kadang cukup untuk membuyarkan perdebatan seru dan sia sia. manusia phobia kegaduhan tentu dengan mudah mengatasi masalahnya jika kebetulan tidak sedang berada terlalu jauh dari kamar mandi*