Kamis, 30 Mei 2013

paradok

pelajaran paling berharga adalah belajar untuk tidak belajar. bernafas dan bermain. belajar bebal. belajar kurang ajar. belajar tidak menerima palajaran. memang kalimat dungu. seperti inilah dunia ketika kebanyakan menusia belajar hanya untuk menjadi pintar. keadaan dunia mungkin tidak banyak berbeda jika kebanyakan manusia tidak belajar menjadi pintar. paus tidak belajar bernyanyi. tapi siapa tahu, paus belajar bersuara demi yang mereka yang takjub mendengar nyanyiannya. setelah mahir mendapatkan pujian, manusia cenderung berhenti belajar, tidak ingin mahir mendapatkan hinaan.
menulis memang menyenangkan, membuat manusia menjadi hebat. tapi akan kukatakan aku menulis hanya untuk membuang waktu luang, menarik parhatian diriku atau yang lain, menggoda pikiranku semacam menguji kesabaran dan kebesaran jiwaku dan jiwamu. kalau karena itu aku tidak akan mendapatkan hasil sesuai standar kehidupan normal, itu resiko dan harga setara yang akan kubayar demi rasa nikmat. boleh saja aku beranggapan sedang belajar tidak menggunakan akal. bagaimanapun aku toh belajar, meski caranya memuakkan menurut kebanyakan manusia..sedang belajar tampil beda, belajar mengalahkan gagasan manusia hebat, belajar mengubah sejarah, adalah kalimat cercaan yang selalu terlontar, dari dan untukku. deras dan lugas, tak butuh cermin untuk mencibir kepada diri sendiri sesering mungkin. aku belum tamat belajar tidak menikmati syahwat.
kalau belajar membuatku besar kepala, pun belajar tidak menghargai isi kepalaku, isyarat itu mestinya cukup membuatku berhenti belajar. nah, mulai kelihatan samar samar polanya, tak ada yang lebih sulit dari pada belajar menjadi manusia. hanya manusia saja. manusia yang bisa selalu merasa manusia ketika menulis maupun tidak menulis*