Jumat, 24 Mei 2013

pulp

angin seolah olah sengaja bertiup kencang untuk menjatuhkan sarang burung. seekor kucing mendapatkan hadiahmya. sebuah sarang berisi empat ekor anak burung. induk burung kehilangan satang beserta keempat anak burung, tak lama berselang dieraminya dengan sabar. anak burung menjadi yatim piatu, bulu bulunya belum tumbuh. kucing mengajak anak anak burung bermain. seorang anak perempuan mengambil anak anak burung dari permainan kucing. meletakkan anak anak ke dalam kotak anyaman bambu bekas wadah tape. menyelimuti anak anak burung dengan beberapa lembar kertas tisue. dengan sebuah pipet anak perempuan memberi anak anak burung minum dan makan. air dan bubur bayi. anak anak burung sering menangis, entah kenapa, senang atau sedih, mungkin dingin, merindukan induknya, atau yang lain. kotak anyaman kecil ditaruh dalam keranjang sepeda agar kucing dan semut tidak mendekat. pada hari pertama seekor anak burung sekarat kemudian wafar. dua ekor anak burung menyusul pada malam hari kedua. satu anak burung tersisa, sepertinya juga tak sabar ingin terbang, meninggalkan kotak anyaman kecil dalam kerang sepeda. anak perempuan hanya bisa berpura pura tidak bersedih. induk burung, entah di mana, tak tahu merasakan apa. kucing menemukan mainan lain, kecoa, jangkrik, katak kecil, juga ranting.
sementara kau melihat putaran dinia seolah olah atau demikian adanya, dari angkasa. sebuah bola kristal yang selalu berputar satu arah dengan kecepatan konstan. bola kristal yang setiap geraknya memercikkan warna berbeda, berkedip kedip menggoda. kau terlihat macam anak anak yang sedang terpesona pada hasil pekerjaan tangannya. tidak. lebih suka kubayangkan kau seorang perenung yang sedang tersesat di lantai dansa, terperangkap dalam kegaduhan pesta. diam, menyimpan semua hasrat dalam setangkup tangan, rapat menggenggam gelas dengan mata melekat kepada lampu dansa, bulat dan berputar mengganti warna setiap saat. keriuhan tidak menyentuhmu. seperti perasaan induk burung ketika menemukan sarang dan anak anaknya hilang.
angin yang pernah mengawali permainan kucing tidak pernah kembali, atau justru tidak pernah pergi. keempat ekor anak burung kini tidak menangis. anak perempuan tertidur, sebuah buku komik menelungkup di dadanya. aku menunggumu. aku menunggu kaulepaskan gelasmu. menunggu kau melepaskan pandanganmu dari yang berputar dan bersinar untuk memberiku isyarat, sekarang. seperti kemarin, menamgis teramat sulit. aku terhimpit anak anak burung dalam kotak anyaman kecil. jauh di atas keranjang sepeda, di balik atap rumah, awan mengepung bulan yang hampir sempurna*