Rabu, 27 Maret 2013

sublime



Aku menduga kau tak akan percaya kalau aku cerita. Tak apa, tetap akan kuceritakan. Kau boleh tak percaya atau percaya. Kenyataan tetap indah. Ketika dalam perjalanan pulang kulihat seorang perempuan kurus dan kusut menggendong dua anak balita, mungkin sekali anaknya. Perempuan itu layak memiki keduanya. Anak anak yang terlelap. Satu kepala kecil disangga lengannya, satu kepala kecil lainnya terkulai di pundaknya. Satu dada, satu pundak, sepasang tangan, selembar selendang, dua anak kecil yang sedang bermimpi. Mimpi yang selalu menemaniku sepanjang hari, mimpi tentang bumi, pantai sepi, anak anak anjing, nyanyian air. Aku tak bisa menuliskan sebaik yang kuinginkan untuk membuatmu mengingat pelangi yang selalu kauterbitkan untukku. Kemarin dan kemarin dulu. Tapi aku mau kau paham benar aku merasa kehangatan hujan yang selalu kunantikan. Ketika kulihat seorang perempuan berjalan dalam naungan cahaya malam, menopang dua kehidupan. Masa depan, biar saja tenggelam. Lautan waktu tidak akan membunuhku atau kau yang bisa berenang sampai ke seberang. Bumi menyimpan senyuman yang ditanamkan kaki kaki telanjang*