Kamis, 14 Maret 2013

overrate

Pertanyaannya adalah, apakah kutu kutu sungguh sungguh pembaca buku buku. Setahuku tak ada perpustakaan terbangun di kulit kepalaku. Di celah celah rambut ada kebingungan, mabuk oleh aroma telur dan madu. Kutu kutu gemuk dan kurus saling menyapa ketika berjumpa, menanyakan pukul berapa sekarang. Ya, bukan tentang waktu. Rasa gatal menghangatkan, dengan caranya sendiri membuatku teringat aku punya kulit kepala, tertutup rambut aneka warna. Kutu kutu di kepalaku tidak bisa membaca. Tidak di taman, tidak di perpustakaan, tidak di restoran, tidak di istana. Buku buku menertawakanku waktu mendengarku berkata. Buta aksara. Ya, bukan tentang usia. Atau keluasan tempurung yang selalu terkurung jaring hitam. Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah huruf huruf mengenalku. Mati dan hidup bersama kutu kutu di kulit kepalaku. Mau tidak mau aku tahu ada yang maha menyanyangiku, beserta segenap kutu kutu yang mengira mereka sibuk membaca. Tawa buku buku. Aku menggunting paruh burung yang mematuki rambutku. Apakah paruh burung menyukai kutu kutu yang pandai membaca buku buku. Kukuk. Kukuk, kudengar ketukan jari manisku*