Sabtu, 02 Maret 2013

sometimes

Kadang kadang aku menyesal tidak menjadi tiang lampu. Yang menopang sebuah benda bersinar di sebuah sudut kota. Di dekatnya beberapa manusia berkumpul. Bertukar senyuman, keluhan, kata kata dengan cara dan nada bermacam macam. Dan aku menjadi tiang lampu yang tidak terusik. Sekumpulan manusia tidak akan menyadari kehadiranku selama lampuku bersinar. Tidak merasa mengganggi atau terganngu, sekumpulan manusia merasa telah menemukan tempat dan waktu yang ditunggu. Dan akupun tidak pernah sungguh sungguh merasa tengah berada di tempatku pada waktu itu. Tiang lampu tidak berkeinginan atau berperasaan tentang segala hal. Hanya berdiri tegak, bahkan tidak tahu bahwa ada seseuatu yang menyala pada puncaknya. Yang membuat sekumpulan manusia mendekat dan mengerjakan apapun yang dinginkan di bawah cahaya lampu.
Kubayangkan sebuah benda berbentuk silinder, tinggi dan langsing. Terasa sejuk saat telapak tangan menyentuh tanpa sengaja. Terasa kokoh dan sejuk pula di punggung yang bersandar padanya.  Melihat tapi tidak melihat. Mendengar tapi tidak mendengar. Ada tapi seolah tak ada.
Dan serangga terbang berputar tanpa henti di sekitar puncak yang memancarkan terang. Dan tidak ada satupun yang merasa perlu mengerti apa yang sedang kupikirkan. Para serangga dan sekumpulan manusia berada begitu dekat tanpa merasa aku ada dan menjadi bagian kehidupan meraka suatu ketika.
Kalau menjadi tiang lampu sangat mungkin aku tidak memikirkan siapapun*