Rabu, 13 Maret 2013

am

Malam berjaket hitam. Menyentuh pundakku pelan. Pundakku merasa seperti mengenal sentuhannya. Mencari album foto tidak berdebu. Warna lengan jaketnya seperti biasa kaukenakan. Aku bertanya pada pundakku yang tidak mendengar. Sibuk bernyanyi, lagu ingatan. Malam melepaskan jaketnya, mengulurkannya ke arah tanganku yang sedang saling menggenggam, kucoba menghangatkan jalanan. Yang warnanya berantakan. Aku ingin menyenangkan malam, menerima ulurannya, mengenakannya sembarangan. Asal kau senang melihatku menemukanmu, setidaknya seperti kau. Malam berjalan, kedinginan dan langkahnya semakin ringan. Pundakku masih bernyanyi, tidak mendengar telingaku memanggil manggil. Tanganku berbisik, bahasa hati. Tanganku mengusap bibir. Malam kini kelelawar mengajakku mencari dahan kokoh untuk menggantung kaki. Menjelang pagi. Bahasa hati diam diam tertidur. Mencoba melukiskan mata terbakar sunyi*