Rabu, 10 April 2013

sebutir hujan

hujan deras. teramat banyak butir butir air berjatuhan. kuamati sungguh sungguh. akan kutemukan pesanmu terhanyut pada sebutir hujan. hanya sebutir saja. aku tak mau sebutir hujan yang menyimpan pesanmu terlewat dari pandangku, jatuh ke tanah kemudian pecah sebelum kubaca. aku basah kuyup, menggigil kedinginan, mengamati setiap butir hujan. segerombolan anak anak setengah telanjang sempat melintas, berlari, berteriak, meloncat, sesekali mengusap wajah mereka dari guyuran hujan sambil tertawa. tak bisa kupandangi lama lama kehangatan tawa anak anak penikmat hujan, tak mau sebutir hujan yang menyimpan pesanmu terlewat dari pandangku, jatuh ke tanah kemudian pecah sebelum kubaca.
hanya anak anak, mereka yang belum mengenal kekasihnya, menikmati hujan dengan riang. atau mereka telah menemukan sebutir hujan mereka sendiri yang mengantar pesan bahagia sehingga kini mereka menikmati hujan berjatuhan pada tubuh mereka sepenuh hati, tidak perlu lagi mengamati setiap butir air yang berjatuhan yang mungkin menyimpan pesan.
aku tidak mengeluh hanya menghembuskan udara sepenuh dada, mencoba mengeluarkan rasa lembab dari jantungku. kurasakan mataku hangat. makin sungguh sungguh kuamati butir butir hujan berjatuhan. sebelum reda, mesti kutemukan sebutir hujan yang menyimpan pesan. semoga masih ada waktu untukku menikmati hujan seperti anak anak, setelah kubaca pesan dalam sebutir hujan yang kaukirimkan.
kalau mau, bisa saja kaukirimkan pesan pada setiap butir hujan, teramat banyak butir hujan berjatuhan ke tanah kemudian pecah*