Rabu, 10 April 2013

makrifat

sejak saat itu aku merasa mesti menanyakan makna setiap kata yang pernah menjadi bagian percakapan kita. apakah itu rasa. apakah itu resah. apakah itu basah. menjadi kanak kanak yang baru belajar bicara, semua suara yang kauperdengarkan adalah keajaiban. dan ketika kau diam, aku bertanya apakah suara diam benar benar kudengar. aku menatap gerak bibirmu kemudian terperangkap di situ. seperti batu terjatuh ke dalam kolam, kemudian tenggelam, mengantar permohonan ke dasar kolam. seperti batu tidak bernafas. dilontarkan dengan maksud tertentu yang sama sekali tidak terpikirkan.
dunia menakjubkan. apakah dunia. apakah menakjubkan. begitulah caraku memahami suaramu. aku seperti pandir yang berhasil menyihir sebatang bambu atau kayu menjadi penyanyi bersuara paling merdu. udara menyanyikan lagu lagu yang ingin kutunjukkan padamu. nada nada seirima degup jantungku. syair syair untukmu.
setelah bertanya lagi, apakah lagu. apakah syair. tak bisa kukatakan aku mengerti. segalanya seakan baru saja terlahir kembali, mencari arti, ingin memahami dirinya sendiri, bersamaku. ketika kita bicara tentang apa saja. kebisingan sahabat erat. kesunyian pelukan hangat. aku dalam buaian. apakah buaian. bukan seperti makna yang seharusnya.
aku mengantuk. apakah mengantuk. kutanyakan dengan mata redup.kau mendengarku. karena kau mendengarku, kauulurkan boneka berbulu lembut untuk kudekap sambil terlelap. apakah kaubilang selamat malam, kudengar samar samar suara cahaya mewarnai angkasa. apakah cahaya. apakah angkasa. apakah sempat kutanyakan sebelum kelopak mata terkatup.
pelangi pelangi alangkah indahmu. kegelapan bernyanyi. setelah bangun tidur aku akan bertanya lagi, apakah pelangi. apakah indah. apakah kegelapan. boneka berbulu lembut dalam pelukanku memimpikan kicauan burung.