Minggu, 14 April 2013

kebahagiaan

ia menundukkan kepalanya, kecewa dan merasa sia sia. melihat manusia lalu lalang tanpa menyapanya, melihat kepadanyapun tidak. ia sungguh sedih, sangat sedih. apa artinya punya nama yang indah jika tak seorangpun mau meluangkan waktu untuk berkenalandengannya, mendengarnya menyebutkan namanya sambil berjabat tangan, erat, seperti seseorang yang berniat menjadikannya kawan akrab. ia duduk di tepi air, melihat wajahnya sendiri, ketika hampir putus asa, tanpa sengaja ia mengulurkan tangan ke arah pantulan wajahnya, membuat gelombang dan riak dengan jemari tangannya. anak anak kecil yang sedang bermain tak jauh dari air tertarik pada kecipak air, mendekatinya, melihat kepadanya, mengikuti gerakannya. ia sedikit gembira, harapannya kembali mengalir deras, manusia manusia kecil bermain dengannya. suatu saat anak anak akan menjadi temannya, mengenal namanya. mungkin ia naif, sama sekali tak terpikir olehnya, anak anak mau bermain dengan orang asing. anak anak tidak pandai berbasi basi macam menanyakan nama atau dari mana asalnya, berjabat tangan sebelum berteman dekat. ya, ia sungguh sungguh naif, kalau sampai berharap anak anak akan bertanya kenapa ia kelihatan tidak gembira sebelum mereka bermain bersamanya. anak anak berteriak dan tertawa, menepuk nepuk permukaan air, saling memercikkan air dengan teman temannya. ia dilontaekan ke sana ke mari, menyentuh wajah setiap anak, bergerak cepat dari satu wajah ke wajah lainnya. hingga mereka semua kelelahan sekaligus puas. ia dan anak anak berbaring berhimpitan di tepi air. didengarnya satu anak berkata, ayo pulang. ia merasa semua anak anak hendak mengajaknya serta. ia tak bisa memutuskan anak mana yang akan menjadi kawan terbaiknya, setiap anak terlihat sungguh sungguh mau menjadi teman baiknya meskipun tidak mengenal namanya, semua anak kelihatannya tidak akan keberatan selalu bermain bersamanya. hanya bermain, selalu bermain, berteriak dan tertawa keras sambil saling memercikkan air. ia menengadah, berharap menemukan petunjuk, lalu mengamati satu persatu wajah anak anak, yang mana paling bersinar. tapi kilat, tak sempat dilihatnya dengan tepat jatuhnya ke wajah anak yang mana. atau mungkin kilat hanyalah petunjuk akan datang suara menggelegar sesaat kemudian. anak anak terkejut, berteriak dan tertawa keras. suara gemuruh terdengar bertepatan ketika ia menyebutkan namanya. anak anak tidak mendengar suaranya, tidak tahu, dan tidak peduli untuk bertanya. ia tidak tahu, ingin tidak lagi mencari tahu. anak anak saling memandang dengan teman temannya, anak anak saling memandang dengannya, serupa saliang memandang dengan teman temannya, yang baru saja bermain bersama dengan gembira. seakan akan mereka telah mengenalnya sejak semula, sangat kerap bermain bersama, berteriak dan tertawa, seperti selalu saling mendorong dan menyapa hangat, tanpa menyebut nama, he, ho, he, ho. ia merasa sedikit diremehkan, tapi senang. ia kembali menengadah dan berkata biarlah, anak anak tidak mendengar kata katanya. teriakan dan tawa tidak berhenti ketika anak anak berlari, ia ikut berlari*